Rabu, 18 Juni 2014

Mycobacterium tuberculosis Dan Mycobacterium leprae

Mycobacterium tuberculosis Dan Mycobacterium leprae

A. Mycobacterium tuberculosis
1. Sejarah
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch. Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa (TBC). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP). Mycobacteria adalah golongan bakteri berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat aerob. Tak mudah dibedakan pewarnaan, akan tetapi jika telah diberi pewarnaan, akan sukar dilunturkan dengan asam dan alkohol. Oleh karenanya Mycobacteria disebut pula bakteri tahan asam atau disingkat BTA. Mycobacteria dapat dikelompokkan menjadi golongan saprofit dan golongan patogen.

2. Klasifikasi Ilmiah :
  Kingdom    : Bacteria
  Filum          : Actinobacteria
  Ordo           : Actinomycetales
  Upaordo     : Corynebacterineae
  Famili         : Mycobacteriaceae
  Genus         : Mycobacterium
  Spesies       : Mycobacterium tuberculosis

3. Morfologi
Bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk rantai. 
4. Sifat Mycobacterium tuberculosis
Ketahanan hidup Mycobacterium tidak tahan terhadap panas, akan mati pada pemanasan 60oC selama 15-20 menit. Ketahanan hidupnya dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Biakan dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam, tetapi jika masih berada dalam sputum dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam percikan-percikan bahan masih dapat bertahan hidup selama 8-10 menit. Biakan basil ini dalam temperature kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpen dalam suhu -20oC selama 2 tahun.
Mycobacterium tahan terhadap berbagai khemikilia dan desinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfas 15%, asam nitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh ioium tincture dalam 5 menit, dengan alkohol 80% akan dihancurkan dalam waktu 2-10 menit.
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam.
Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol.
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Bakteri ini biasanya berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernafasan, keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masuk saat seseorang menarik nafas.
Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri adalah paru-paru manusia.Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru – paru.

5.Reaksi biokimiawi
  1. Uji niasin.
Dalam medium yang mengandung telor, basil tbc tipe human tumbuh dan membentuk niasin. Larutan cyanogens bromide 10%,Anilin 4% dalam alcohol 96% jika ditambahkan pada suspensi biakan basil tbc diatas akan memberikan warna kuning gading. Keadaan demikian dinamakan reaksi uji niasin positif.
  1. Uji aryl sulfatase.
Enzim aryl sulfatase dihasilkan oleh Mycobacteria atipikal. Basil ini ditanam pada medium yang mengandung tripo­tassium phenolphthelin disulfat 0,001 M. NaOH 2 N diteteskan tetes demi tetes pada koloni pertumbuhan. Reaksi positif jika wama koloni menjadi pink.

  1. Uji merah netral.
Strain basil tbc yang virulen mampu mengikat merah netral dalam larutan buffer alkali, sedang strain yang avirulen tidak mampu.

6. Gejala Klinik
Gejala umum tuberkulosis antara lain badan lemah, mudah capai, berat ba­dan menurun, demam, jika tbc paru maka ditambah dengan gejala batuk kronis, dapat pula terjadi hempotoe. Adanya basil tbc dalam sirkulasi darah menun­jukkan terjadinya tuberkulosis milier yang berarti banyak lesi pada berbagai organ. Dan keadaan ini menunjukkan mortalitas yang tinggi.

7. Diagnosa Laboratorik
Bakteriologik. Bahan pemeriksaan untuk tbc paru terutama adalah sputum. jika sukar mendapatkan sputum, dapat dilakukan dengan usapan larynx atau cairan kurasan lambung.
Pelepasan basil tbc dalam sputum kadang-kadang ber­henti, kemudian dilepaskan lagi. Oleh karenanya pengambilan bahan dan peme­riksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya 3 hari berturut-turut. Bahan (sputum) ditampung dalam botol bermulut lebar.

Biakan (kultur):
Biakan cukup sensitif untuk deteksi basil tahan asam yang hanya 10 -100 basil per ml sputum. Bahan yang sudah dilakukan homogenisasi dan kon­sentrasi diinokulasikan pada perbenihan (medium) Lowenstein-Jensen. Dieram pada suhu 37°C. Jika pemeriksaan mikroskopik positif, dilakukan uji kepekaan terhadap berbagai obat tuberkulostatika. Pertumbuhan pada perbenihan diamati setelah 4 hari, mungkin ada golongan “rapid grower”, atau golongan jamur, atau ada kontaminasi. Setelah itu diamati sedikitnya seminggu sekali. Hasil negatif clitetapkan setelah pengamatan selama 8-12 minggu tidak ada pertumbuhan.

8.Pengobatan
Obat-obat yang banyak dipakai untuk penyakit tbc saat ini adalah INH (isoniazid), ethambutol, rifampicin, dan streptomisin. Namun, cepat sekali mun­cul strain-strain basil tbc yang resisten terhadap obat-oabt di atas. Umumnya INH masih merupakan obat pilihan untuk tbc. Pengobatan lebih berhasil dengan kombinasi 2-3 macam obat, misalnya INH dengan ethambutol, atau INH dengan rifampicin, atau kombinasi yang lain. Kesembuhan klinik umumnya dapat dica­pai dalam 6-12 bulan. Penderita dengan sputum positif menjadi tidak infektif setelah 2-3 minggu mendapat pengobatan efektif.

9. Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan
Sumber infeksi basil tbc paling Bering adalah manusia yang mengeluarkan ekskret mengandung banyak sekali basil tersebut terutama dari saluran perna­fasan. Kontak yang erat dengan penderita misalnya keluarga atau perawat, sangat besar kemungkinan mendapat penularan melalui percikan-percikan dari ekskret tersebut. Susu sapi yang menderita tbc dapat menjadi sumber infeksi lebih-lebih jika tidak dilakukan pasteurisasi terhadap susu sapi tersebut.

B. Mycobacterium leprae
1.Klasifikasi ilmiah
  Kerajaan: Bacteria
  Filum: Actinobacteria
  Ordo: Actinomycetales
  Upaordo: Corynebacterineae
  Famili: Mycobacteriaceae
  Genus: Mycobacterium
  Spesies: M. leprae

http://rindachie.wen9.com/health/lab/mh2.jpg2. Morfologi
Mycobacterium leprae berbentuk batang lurus atau sedikit bengkok, berukuran 1-8 X 0,2-0,5 mikron. Tahan asam, tetapi dibandingkan dengan Mycobacterium tuberculosis lebih lemah. Dengan pengecatan Ziehl-Neelsen basil lepra tampak satu-satu atau umum­nya bergerombol karena diikat oleh suatu glia (zat semacam lipid) dan ini mem­bentuk bangunan yang khan. Bentuk itu ada yang disebut globus.
Dalam bentuk ini basil lepra tersusun sejajar, keseluruhannya membentuk semacam bola. Ben­tuk lain disebut bentuk cerutu. Basil-basil lepra tersusun sejajar, tetapi bentuk keseluruhannya menyerupai cerutu.

3. Penanaman.
Sampai saat ini belum ada suatu jenis medium, baik medium buatan maupun biakan jaringan, yang dapat dipergunakan untuk pembiakan basil lepra. Penanaman pada binatang percobaan yang telah berhasil dan dija­dikan standar adalah inokulasi pada telapak kaki mencit dan dipertahankan pada suhu 20°C. Binatang lain yang juga peka terhadap basil lepra adalah suatu jenis dari armadillo.

4. Pertumbuhan khusus.
Penanaman pada binatang percobaan menunjukkan bahwa basil lepra mempunyai waktu generasi cukup panjang, yaitu antara 12 hari sampai 42 hari, dibanding dengan 14 jam pada basil tbc atau 20 menit pada coliform.

5. Sifat-sifat.
Basil lepra dalam suasana panas dan lembab dapat tetap hidup selama 9-16 hari. Jika terkena sinar matahari secara langsung dapat bertahan hidup selama 2 jam, terhadap sinar u.v. hanya dapat bertahan 30 menit.

6. Patologi
Penyakit lepra digolongkan menjadi 2 tipe pokok, tipe lepromatosa dan tipe tuberkuloid. Di antara kedua tipe itu terdapat tipe-tipe antara misalnya tipe di­morphosa atau “borderline” dan tipe intermediate.
Ridley dan jopling membagi tipe lepra menurut tingkatannya, menjadi 5 group:
  1. Tuberculoid (TT)
  2. Borderline tuberculoid (BT)
  3. Borderline (BB)
  4. Borderline leprornatosa, (BL)
  5. Lepromatosa (LL).
Tipe-tipe tersebut menggambarkan status imunitas seseorang. Oleh karenanya tipe lepra pada seseorang dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan imunitas atau keberhasilan peRgobatan pada orang tersebut. Akan tetapi sifat-sifat dan virulensi basil lepra tidak berbeda, walaupun diisolasi dari penderita dengan tipe yang berbeda-beda.

7.Gejala Klinik
Tipe lepromatosa muncul pada orang yang days tahannya menurun. Tampak beberapa lesi nodular pada kulit (lepromata), yang terdid dari jaringan granulasi, monosit dan basil lepra. Lesi ini dapat menjadi ulcus, sehingga dapat terjadi infeksi sekunder dan kemudian terjadi proses mutilasi. Selanjutnya basil lepra menyerang mukosa hidung, mulut, saluran nafas bagian atas, basil lepra tersebut keluarkan bersama-sama sekret, sehingga lepra tipe lepromatosa sangat menular.
Di samping itu basil lepra juga menyerang organ-organ lain seperti sistema reti­kulo-endotelial, mats, testis, ginjal dan tulang, sehingga biasa terjadi basilaemia. Prognose lepra tipe lepromatosa adalah jelek.
Tipe tuberkuloid terjadi pada penderita yang mempunyai days tallan tinggi. Lesi pada kulit hanya beberapa dan berbatas jelas, berupa bercak-bercak makula anestetik.
 Saraf-saraf dapat terserang lebih awal dan efek nyata dengan timbulnya deformitas terutama pada tangan dan kaki. Basil sangat sedikit pada lesi dan kecil pula kemungkinan menular.

8. Diagnosa Laboratorium
Bahan pemeriksaan diambil dari goresan dengan skalpel pada lesi di kulit atau mukosa hidung atau daun telinga. Dibuat sediaan apus pada gelas benda dan dilakukan pengecatan menurut cara Ziehl-Neelsen. Adanya basil lepra tam­pak berwama merah dengan susunan bentuk globus, cerutu atau satu-satu.

9. Pengobatan
Obat-obat yang digunakan untuk penyakit lepra antara lain :
1.      Golongan sulphon, merupakan obat pilihan utama. Obat yang dipergunakan umumnya diami nodi phenyl sui I phone (DDS,Dapson).
2.      Clofazimine, diberikan pada lepra yang telah resisters terhadap DDS.
3.      Rimfamicin, diberikan sebagai kombinasi dengan obat pilihan utama

10.Epidemiologi, Pencegahan dan Pengawasan
Penyakit lepra sangat menular , dan sumber penularan adalah penderita lepra. Cara penularan belum diketahui secara pasti, sangat  mungkin terjadi pada masa kanak-kanak, dalam waktu yang sangat panjang selalu kontak dengan penderita yang dalam sekretnya mengandung basil lepra,. Sekret hidung merupakan sumber penularan utama, kemudian bare discharge dari lesi dikulit,
Sering  terjadi orang tampak normal, tidak merasa menderita lepra tetapi mengeluarkan  secret yang menularkan lepra. Keadaan seperti ini berlangsung 2-3 tahun sampai kemudian jelasa orang tersebut menunjukkan tanda-tanda menderita lepra, Masa inkubasi lepra rata-rata 2-5tahun.
Kunci pengawasan Adalah terletak pada penetapan diagnosa dan pengobatan penderita lepra. Anak-anak dari keluarga penderita lepra yang dianggap dapat menularkan perlu diberi pengobatan sampai pengobatan terhadap yang sakit dinyatakan tidak menular lagi.
Usaha vaksinasi sudah banyak dilakukan dengan vaksin BCG dan dicoba pula dengan vaksin lepra. Percobaan di Uganda Menunjukkan bahwa sekitar 85% dari orang-orang yang diberi vaksinasi BCG terhindar dari penyakit lepra .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar