Rabu, 18 Juni 2014

Toksikologi (keracunan)

TOKSIKOLOGI

I.                   DEFINISI

Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat – sifat dan cara kerja racun. Ilmu ini membutuhkan disiplin ilmu lain untuk memahaminya, seperti Ilmu Kimia, Ilmu Biologi, Ilmu Biokimia, Ilmu Farmakologi, Ilmu Fisiologi dan Ilmu Patologi.
Para ahli Toksikologi ( Toxicologist ) mempelajari bagaimana cara racun pada jaringan tubuh          bekerja sehingga dapat menimbulkan keracunan atau bahkan kematian.

 Racun mempunyai 2 pengertian, yaitu :
Taylor ; Racun adalah setiap bahan / zat yang dalam jumlah tertentu bila masuk kedalam tubuh akan menimbulkan reaksi kimia yang dapat menyebabkan penyakit dan kematian.
Pengertian yang di anut sekarang ;
Racun adalah suatu bahan / zat yang bekerja pada tubuh secara kimia dan fisiologis yang dalam dosis toksik dapat menyebabkan gangguan fungsi dan mengakibatkan penyakit serta kematian.

II.               CARA MASUKNYA RACUN

      Racun dapat masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, yaitu :
1.      Mulut  ( Peroral, Ingesti )
2.      Saluran pernapasan ( Inhalasi )
3.      Suntikan ( Parenteral, injeksi )
4.      Kulit yang sakit / sehat
5.      Dubur / vaginal




III.           PENGGOLONGAN  RACUN

      Penggolongan racun berdasarkan dari tempat racun itu didapat ;
1.      Racun rumah tangga , seperti : Insektisida, racun dalam makanan kaleng, racun dalam dalam kosmetik, desinfektan, deterjen.
2.      Racun yang ada dalam lapangan  pertanian / perkebunan ; Pestisida, Herbisida.
3.      Racun yang dipakai dalam pengobatan, seperti ; analgetika, obat penenang, antibiotik, anti depresan, dll.
4.      Racun yang digunakan dalam industry dan laboratorium, seperti ; Asam – Basa, Logam berat.
5.      Racun yang ada di alam bebas ; Opium, ganja, racun singkong, racun jamur, racun binatang.

IV.             FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KERACUNAN

     Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan, yaitu :
·         Jenis racun
·         Dosis racun
·         Cara masuk kedalam tubuh
·         Stabilitas racun didalam tubuh
·         Resapan racun didalam tubuh
·         Kondisi tubuh

     Cara kerja racun :
1.      Racun bekerja setempat (lokal) ; menimbulkan rasa nyeri yang hebat disertai peradangan, shock dan kematian, contoh :
·         Racun yang bersifat korosif : asam kuat, basa kuat, lisol
·         Racun yang bersifat iritan : arsen, sublimat
·         Racun yang bersifat anastetik : kokain, fenol

2.      Racun bekerja sistemik (keseluruh tubuh melalui aliran darah), contoh :
·         Narkotik, barbiturate, alcohol
·         Insektisida, golongan hidrokarbon yang mengandung klor dan fosfor yang berpengaruh pada jantung dan hati.

3.      Racun yang bekerja local dan sistemik, contoh : arsen, fenol, Pb. Fenol selain menimbulkan rasa nyeri , menyebabkan juga depresi pada susunan saraf pusat.


V.                KERACUNAN MAKANAN OLEH BAKTERI
Keracunan makanan ialah penyakit yang terjadi setelah memakan makanan yang tercemar dengan kuman atau bahan kimia. Terdapat banyak kesalahan makan atau keracunan makanan yang terjadi dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Keracunan makanan oleh bakteri dapat disebabkan karena bakteri penghasil toksin, bakteri bersifat infeksius, akibat zat kimia.
Keracunan yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan didalam makanan yang dimakan. Bakteri penghasil toksin diantaranya : B.cereus, C.botulinum, E.coli, Staphylococcus aureus.

A.    Keracunan karena Clostridium botulinum
Toksin adalah racun yang ditemukan disejumlah hewan dan mikroorganisme. Salah satunya toksin C.botulinum merupakan senyawa protein dan mampu membunuh manusia hanya dengan ± 500 gram toksin. Toksin ini tidak tahan panas dan dapat dihancurkan dengan pendidihan selama ± 15 menit.
Racun ini merupakan eksotoksin yang terbentuk pada saat pertumbuhan bakteri C.botulinum. makanan yang sering tercemar oleh bakteri ini : daging, ikan, sayuran atau buah – buahan yang tidak diolah dengan baik dan matang. Dosis fatal dari toksin ini < 5 ml untuk botulinum tipe proteolitik 0,005 – 0,1 mcg, untuk botulinum tipe non proteolitik 0,1 – 0,5 mcg dapatmenyebabkan kelumpuhan otot dengan menghambat saraf penggerak sel – sel lain.
Gejala klinis : mual, muntah, vertigo, gangguan penglihatan. Gejala patologis : penyumbatan dan pendarahan pada semua organ, khususnya susunan saraf pusat. Pada hati dan ginjal terjadi perubahan degenerative.

Perawatan pada pasien yang keracunan oleh toksin botulinum ini adalah :
1.      Penderita harus dirawat secepatnya
2.      Dilakukan pencucian lambung dengan cara dimuntahkan kecuali pasien diare.
3.      Diberikan obat penawar racun, yaitu antitoksin botulinum sampai 50 ml.
4.      Bila terjadi gangguan pernapasan, diberikan pernapasan buatan dan obat untuk mempertahankan pernapasan ( untuk mengembalikan neuromuscular block).
Prognosis : 50  %  pasien keracunan berat botulinum  ini meninggal, bila dapat bertahan hidup, kesembuhannya masih berbekas sampai lebih dari 1 tahun.

B.     Keracunan karena Bakteri Infeksius lain
1.                  Kelompok Salmonella dan Shigella
2.                  Escherichia coli
3.                  Staphylococcus aureus
4.                  Campylobacter jejuni
5.                  Bacillus cereus
6.                  Vibrio parahaemolyticus
7.                  Vibrio cholerae
                                        
1.      Kelompok Salmonella dan Shigella
Terdapat 2200 serotipe dari bakteri Salmonella dan 200 serotipe diantaranya merupakan penyebab penyakit yang ditularkan melalui makanan di Eropa setiap tahunnya. 70 % kasus disebabkan oleh S.enteridis dan S.typhimurium.
Bahan mentah yang mudah terkontaminasi bakteri Salmonella adalah unggas, daging, telur, buah – buahan, kerang, rempah – rempah dan jamu yang tidak diolah dengan baik.
Gejala Klinis : diare, demam, kram perut, muntah – muntah. Keracunan berat akan menunjukkan gejala neurologis, kebingungan, kejang – kejang, leher kaku, sakit kepala. Masa inkubasi biasanya 12 – 36 jam. Semua orang beresiko tertular bakteri ini, usia muda, usia tua, wanita hamil maupun anak – anak.  
Identifikasi laboratorium pada pasien terjadi hemokonsentrasi, pada biakan dari sampel fesesditemukan bakteri Salmonella.
Pencegahan : Bakteri Salmonella rentan terhadap panas, sehingga masaklah makanan terlebih dahulu dengan baik. Atau dengan system Pasteurisasi ± 15 menit cukup untuk membunuh bakteri ini .
Perawatan pada pasien ini : Baringkan di tempat tidur, tidak diberi apa – apa, biarkan muntah – muntah itu adalah reaksi tubuh mengeluarkan racun. Setelah 4 jam beri minum oralit untuk menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh. Apabila diare dan muntah – muntah menjadi berat segera dibawa ke rumah sakit untuk ditangani lebih insentif.

2.      Keracunan karena bakteri Escherichia coli
Hati – hati dengan  makanan yang dimasak kurang matang atau setengah matang, karenakemungkinan makanan tersebut terkontaminasi bakteri E.coli.
Gejala keracunan oleh bakteri ini lebih lambat dibandingkan dengan keracunan oleh bakteri lain, biasannya memerlukan masa inkubasi 1 – 3 hari setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh bakteri ini..
Gejala klinis : Kram perut yang parah, diare dengan feses yang bercampur darah. Diare tersebut biasanya berlangsung ± 8 hari hingga sembuh dengan sendirinya. Meski demikian periksakan diri ke dokter untuk menghindari diare dank ram perut yang lebih parah.

3.      Keracunan karena bakteri Staphylococcus aureus
Hampir setiap jenis makanan dapat terkontaminasi oleh                    bakteri S.aureus , terutama pada produk susu, kue krim,       salad sayur / buah yang menggunakan mayonnaise dan makanan yang disimpan dalam suhu kamar.
Gejala keracunan biasanya muncul 2 – 8 jam setelah makan makanan yang terkontaminasi bakteri S.aureus. Kebanyakan yang keracunan bakteri S.aureussifatnya ringan dan akan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.
                                         
4.      Keracunan karena bakteri Campylobacter jejuni
Gejala yang disebabkan oleh bakteri ini kebanyakan berakhir pada 7 – 10 hari setelah terkontaminasi. Biasanya disebabkan setelah mamakan daging ayam yang sudah terkontaminasi atau minum susu mentah dan air yang tidak bersih.
Gejala klinis : Demam dan diare, nausea.

5.      Keracunan karena bakteri Bacillus cereus
Semua orang dapat rentan terhadap keracunan makanan yang telah terkontaminasi oleh B.cereus. Gejala terjadi setelah 6 – 15 jam mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri ini. Dengan gejala klinis : diare, kram perut, muntah – muntah, mual.
Bacillus cereus merupakan bakteri gram positif, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah., pada sayuran maupun produk pangan . Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu bertahan dalam larutan yang mengandung NaOH dan HCL.

Bacillus cereus

6.      Keracunan karena bakteri Vibrio
Vibrio adalah bakteri yang umum terdapatpada perairan dangkal di seluruh dunia. Vibrio berbentuk batang bengkok, aerob, dapat bergerak, mempunyai satu flagel kutub, tidak berspora.
Vibrio cholera serogrup O1 dapat menyebabkan kolera pada manusia, sedangkan Vibrio lainnya menyebabkan sepsis dan enteritis.
Vibrio cholera
Dalam keadaan normal V.cholerae hanya patogen pada manusia. Kolera bukan penyakit invasive, bakteri ini tidak masuk ke peredaran darah tapi hanya terlokalisasi dalam saluran cerna. Di tempat ini bakteri V.cholera berkembang biak dan mengeluarkan toksin kolera, mungkin musinase atau endotoksin.
Gejala klinis : Setelah masa inkubasi 1 – 4 hari, timbul rasa mual, muntah – muntah serta diare hebat, dengan kejang perut. Feses menyerupai air beras, mengandung lendir, sel sel epitel dan bakteri V.cholerae dalam jumlah banyak.
Identifikasi Laboratorium: Sampel berasal dari lendir feses, diperbanyak dalam kaldu Taurokolat, kemudian ditanam dalam media TCBS, akan tumbuh koloni yang khas setelah diinkubasi pada suhu 370C selama 18 – 24 jam.
Vibrio parahaemolyticus
Adalah bakteri halofilik yang menyebabkan gastroenteritis akut setelah memakan makanan laut, seperti kerang, ikan mentah. Setelah masa inkubasi selama 12 – 24 jam akan timbul rasa mual, muntah – muntah, diare, kejang perut, feses berdarah dan demam.
Identifikasi Laboratorium : bakteri ini tumbuh baik pada media TCBS, akan membentuk koloni berwarna hijau, mirip koloni V.cholera, bereaksi (+) pada uji Oksidase.

VI.           Pertolongan Pertama Pada Pasien Keracunan
1. Minumlah cairan oralit setiap jam, untuk mencegah dehidrasi.
2. Jika tidak tersedia oralit, berikan air yang dicampur dengan garam dan gula.
 3. Jangan mimun obat-obatan untuk menghentikan diare. Buang air besar adalah reaksi    tubuh untuk membuang racun /    toksin dalam tubuh.
4. Minumlah air kelapa, karena air kelapa ini dapat menyerap racun dalam tubuh.
5. Hindari makanan berlemak dan susu untuk menghindari gejala yang semakin buruk.
6.  Hindari minuman yang mengandung kafein.

VII.        Tips  Agar  terhindar  dari  Keracunan Makanan oleh bakteri
1.Belilah makanan yang kondisinya bagus (kemasan tidak rusak, belum kadaluarsa,   tidak ada bau, atau lendir)
2.Pisahkan penyimpanan makanan mentah dengan makanan matang. Jika disimpan         pada kulkas yang sama, tempatkan makanan-makanan tersebut pada wadah-wadah yang terpisah dan ditutup.
3.Selalu cuci tangan dengan sabun sebelum mulai masak atau sehabis memegang hidung atau rambut. Juga, cucilah semua peralatan yang akan dipakai.
4.Masak makanan sampai benar-benar matang. Jika makanan matang akan disimpan dulu di kulkas, maka dinginkan dengan cepat (misalnya ditempatkan pada baskom berisi batu es). Untuk memanaskan kembali, panaskan makanan sampai mendidih.
      5. Selalu cuci tangan dengan sabun sebelum makan.

VIII.    KESIMPULAN
Bakteri yang dapat menyebabkan keracunan makanan, yang  umum di antaranya adalah Clostridium botulinum, Salmonella sp, dan Escherichia coli.
Bakteri yang sering menyebabkan kerancunan makanan adalah organisme dari kelompok lain , Staphylococcus aureus, Clostridium perfringens (welchii), Bacillus cereus, Vibrio parahaemolyticus, Vibrio cholerae.
Keracunan makanan dapat disebabkan juga krn mengkonsumsi makanan beracun (misalnya, beberapa jenis jamur liar, keong racun, ikan buntal, tempe bongkrek, dll) atau mengkonsumsi makanan  mengandung zat beracun.

IX.           S A R A N
Dalam mengonsumsi makanan, kita harus menjaga kebersihan makanan agar tidak terkontaminasi oleh bakteri-bakteri yang mengganggu kesehatan.
Walaupun bahan makanan yang akan kita olah dan makan mengandung bakteri, namun apabila dimasak dan diolah secara benar bakteri akan mati. Karena itu hindari makanan mentah atau lakukan pasteurisasi terlebih dahulu sebelum mengolahnya lebih lanju 
X.               Daftar Pustaka

1.      Mikrobiologi Kedokteran , Jawetz, Melnick, Adelberg, edisi 20 thn 1996
2.      www.deherba.com ,diakses 30 Juli 2012
3.      Andesva.blog – Atom , diakses 30 Juli 201

Tidak ada komentar:

Posting Komentar