/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Senin, 23 Juni 2014

Makalah Kimia Pertanian

PENDAHULUAN
            Setiap orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya alamyang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang digunakan untuk keperluan pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat pulih (reversible ) dan dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat habis (Santoso, 1991).
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,membentuk tubuh unik yang menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanahdikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuhalam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizondapat menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.Dalam usaha pertanian tanah mempunyai fungsi utama sebagai sumber  penggunaan unsur hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk kelangsungan hidup tumbuhan.
















TINJAUAN PUSTAKA
A.     Tanah
1.      Pengertian Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi  berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif (pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun kehutanan.
2.       Tekstur Tanah
Tabel 1. Penetapan Klas Tekstur Menurut Perasaan di Lapangan

No

Klas Tekstur
Proporsi (%) fraksi tanah
Rasa dan
Sifat Tanah
Pasir
Debu
Liat
1.
Pasir (Sandy)
85
15
10
Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan gulungan serta tidak melekat.
2.
Pasir Berlempung  (Loam Sandy)
70-90
30
15
Rasa kasar sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali melekat
3.
Lempung Berpasir  (Sandy Loam)
40-87,5
50
20
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat.
4.
 Lempung (Loam)
22,5-52,5
30-50
10-30
Rasa tidak kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta melekat.
5.
Lempung Liat Berpasir 
(Sandy-Clay-Loam)
45-80
30
20-37,5
Rasa kasar agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat
6.
Lempung Liat berdebu 
(Sandy-silt loam)
20
40-70
27,5-40
Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat
7.
Lempung Berliat  (Clay Loam)
20-45
15-52,5
27,5-40
Rasa agak kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit, gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang
8.
Lempung Liat Berdebu  (Silty Loam)
20
40-70
27,5-40
Rasa jelas licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat
9.
Liat Berpasir 
(Sandy-Clay)
45-62,5
20
37,5-57,5
Rasa licin agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali
10.
Debu (Silt)
20
80
12,5
Rasa licin sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan mengkilat serta agak melekat.
11.
Liat Berdebu
 (Silty-Clay)
20
40-60
40-60
Rasa agak licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung serta melekat sekali
12.
Liat (Clay)
45
40
40
Rasa berat, membentuk bola baik serta melekat sekali



B. Indikator Kesuburan Tanah
            Kesuburan tanah bisa diukur berdasarkan beberapa indikator kesuburan tanah.Beberapa indikator kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh para ahli tanah antaralain adalah : kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, derajat kemasaman tanah,kandungan liat dan kandungan bahan organik.
.
1. Kapasitas Absorbsi
Dihitung dengan milli equivalent, adalah kemampuan tanahuntuk mengikat/ menarik suatu kation oleh partikel-partikel kolloid tanah (partikelkolloid itu terdiri dari liat dan organik), dan ini secara langsung mencerminkankemampuan tanah melakukan aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation.Semakin tinggi nilai kapasitas absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannyasemakin baik, yang biasanya susunan kationnya didominasi oleh unsur K (Kalium),Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium), sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5).
2. Kejenuhan Basa
Nilainya dalam bentuk persen, mencerminkan akumulasi susunankation. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa mencerminkan semakin tingginyakandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhidan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik didalam tanah.kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH akan mampu mempengaruhidan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik didalam tanah.
3. Keasaman Tanah
.Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitastanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknyakonsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknyaH+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5 sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na (Anonim 1991).
4. Kandungan liat
Merupakan ukuran kandungan partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisauntuk air maupun zat hara, sehingga menjadi cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi dominan atau tinggi menjadi tidak  ideal untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggimenyebabkan perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.
5. Kandungan Bahan Organik
Merupakan indikator paling penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakitdan hama dari bahan organik).
Bahan organik juga dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi yang dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik. Proses dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah dan juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan bersifat kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi  tanah  yang  berkaitan  juga  dengan  kapasitas  tukar kation (KTK) tanah karena  meningkatnya  luas  permukaan  partikel tanah. Hal ini  menjadikan tanah  mempunyai  kemampuan  menyimpan unsur-unsur hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen, maupun pencucian hara-hara kation lain. Padasaatnya berarti pula meningkatkan kapasitas tanah untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui proses pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.

C. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah
Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK).Bahanorganik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20– 70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh:Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KPK tanah(Stevenson, 1982).
Kapasitas pertukaran kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah.
Fraksi organik dalam tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui:  pertukaran  ion,  protonisasi,  ikatan  hidrogen, gaya vander Waal’s dan ikatan koordinasi  dengan  ion logam (pertukaran ligan).
Tiga faktor yang menentukan adsorbsi pestisida dengan bahan organik:
(1) karakteristik fisika-kimia adsorbenya(koloid humus)
(2) sifat pestisidanya, dan
(3) Sifat tanahnya, yang meliputi kandungan bahan organik, kandungan dan jenis lempungnya, pH, kandungan kation tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya (Stevenson, 1982)
Peran bahan organik terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan  proses  mineralisasi  yang  merupakan  tahap  akhir  dari proses perombakan bahan organik. Dalam proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanamandengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas dan dapat digunakan tanaman.

1. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a.Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar.
b.Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara.
c.Pupuk.
d.Air Hujan.
Sumber N berasal dari atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik juga  membebaskan  N  dan  senyawa  lainnya  setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah. Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman ataumikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003).
Manfaat dari Nitrogen adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fasevegetatif, serta berperan dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain (RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah  dalam bentuk  organik dan anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N. Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3. Selanjutnya,  dalam  siklusnya,  nitrogen  organik di dalam tanah mengalamimineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N terangkut,sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan. Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
Proses nitrogen Bahan organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi asam-asam amino  yang dikenal dengan proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amoniumyang dikenal sebagai  proses  amonifikasi. Amonifikasi ini dapat berlangsung  hampir  pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdel dan Nelson, 1974).  Nasib  dari  amonium  ini antara   lain dapat secara langsung diserap dandigunakan tanaman  untuk  pertumbuhannya,  atau  oleh  mikroorganisme  untuk segera dioksidasi  menjadi  nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi  adalah  proses  bertahap yaitu proses nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonasdengan menghasilkan nitrit, yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnyamenjadi nitrat yang dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat merupakan hasil proses mineralisasi  yang banyak disukai atau diserapoleh sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat ini mudah tercuci melalui air drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas (pada drainase buruk dan aerasi terbatas) (Killham, 1994).

2.  C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu  faktor  yang berperan dalam  menentukan  keberhasilan  suatu  budidaya pertanian. Hal inidikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991).
Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harusdipertahankan tidak kurang dari 2 persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik  dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik, dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya pemadatan tanah (Anonim 1991).
3. P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pHsekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003).
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbanganantara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi danmineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
Menurut Leiwakabessy (1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitufosfor organik dan fosfor anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahanorganik kurang lebih sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanahtua di Indonesia (podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
Pengaruh bahan organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melaui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi.  Stevenson  (1982)  menjelaskan  ketersediaan P di dalam Tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi seperti tersebut di bawah ini:
(1) Melalui proses mineralisasi bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO43-)
(2) Melalui aksi dari asam organik atau senyawa pengkelat yang lain hasildekomposisi, terjadi pelepasan fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk terlarut, Al(Fe)(H2O)3(OH)2 H2PO4+Khelat ===>PO42-(larut) + Kompleks AL-Fe- Khelat (Stevenson, 1982).
(3) Bahan organik akan mengurangi jerapan fosfat karena asam humat dan asamfulvat berfungsi melindungi sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran.
(4) Penambahan bahan organik mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah
(5) Membentuk kompleks fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapatditukar dan lebih tersedia bagi tanaman, sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah.
Untuk tanah berkapur (agak alkalin) yang banyak mengandung Ca danMg fosfat tinggi, karena dengan terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2 dalam proses dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih meningkat, dengan reaksi sebagai berikut :
            CO2 + H2O ====== > H2CO3
            H2CO3 + Ca3(PO4)2  ====== > CaCO3 + H2PO4-
            Asam-asam organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga dapat berperan sebagai  bahan  pelarut  batuan  fosfat,  sehingga  fosfat  terlepas dan tersedia bagi tanaman.
            Hasil proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping akan melepaskan  fosfor  anorganik  (PO43-)  juga  akan  melepaskan  senyawa-senyawa P-organik seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah namun jika nisbah C/P tinggi lebih dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).

4. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K + Muatan  positif  dari  Kalium  akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986) , menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan  Kalium  yang  dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yangtergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri.
Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi  oleh  serapan  tanaman  dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kationtertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah  organik mengandung sedikit  Kalium.

5. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur unsur  mineral  essensial  sekunder  seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ Dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil  jasad  renik,  terikat  oleh  kompleks  adsorpsi  tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).

6. Natrium (Na)
 Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).

7. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).

8. Belerang (S)
Bahan organik di samping berperan terhadap ketersediaan N dan P, juga berperan terhadap ketersediaan S dalam tanah. Di daerah humida, S-protein,merupakan cadangan S terbesar untuk keperluan tanaman. Mineralisasi bahan organik akan menghasilkan sulfida yang berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam tanaman, senyawa sestein dan metionin merupakan asam amino penting yang mengandung sulfur penyusun protein (Mengel dan Kirkby, 1987).Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh jasad mikro. Belerang (S) hasilmineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian S diubah menjadi mantapselama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S akan dapat terlindung dari  pembebasan  cepat  (Brady, 1990). Seperti halnya pada N dan P, proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka akan terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah sedang jika nisbah C/S bahan tinggi yaitu  lebih  dari  400,  maka  justru  akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S(Stevenson, 1982).
Siklus Sulfur
-          Oksidasi sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan Bacillus.
2H2S + O2→2S + 2H2O
2S + 2H2O + 3O2→2SO42-+ 4H+
S2O32-+ H2O + 2O2→2SO42-+2H+
-          Reduksi Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh Desulphovibrio desuphulricans
2SO42- + 4H2 → S2- + 4H2O






DAFTAR PUSTAKA
-          http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009/04/pengukuhan-prof-suntoro.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar