/** Kotak Iklan **/ .kotak_iklan {text-align: center;} .kotak_iklan img {margin: 0px 5px 5px 0px;padding: 5px;text-align: center;border: 1px solid #ddd;} .kotak_iklan img:hover {border: 1px solid #333}

Sabtu, 14 Juni 2014

Penentuan Zat Aktif



Penetapan Kadar Nikotinamida & Riboflavin, Thiamin Mononitrat, dan Piridoksin HCl Secara Sekaligus Dengan Metoda HPLC Pada Sampel Vitamin B Complex


I.            Latar Belakang Masalah
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin adalah sekelompok senyawa yang berbeda, yang memiliki banyak kesamaan baik kimia atau dalam fungsi metabolismenya. Secara gizi, vitamin membentuk kelompok kohesif senyawa organik yang diperlukan dalam makanan dalam jumlah kecil (mikrogram atau miligram per hari) untuk pemeliharaan kesehatan yang normal dan integritas metabolik. Dengan demikian, vitamin dibedakan dari mineral penting dan elemen (yang anorganik) dan dari amino dan asam lemak esensial, yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar.
Istilah vitamin mula – mula diutarakan oleh seorang ahli kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri – beri yang larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut lahirlah istilah vitamine dan yang kemudian menjadi vitamin.
Sediaan farmasi multivitamin yang mengandung campuran beberapa zat aktif sangat menarik untuk dianalisis. Multivitamin yang banyak diproduksi di farmasi kebanyakan termasuk golongan vitamin B yang larut dalam air.
Dipandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks yang terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, biotin, folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12 (sianokobolamin).
Penetapan kadar zat aktif pada vitamin yang paling sering digunakan adalah dengan cara titrasi. Kelebihan metode titrasi yaitu dapat memberikan ketepatan dalam analisis kuantitaif, dan dari segi biaya metode ini merupakan metode yang murah. Akan tetapi, cara titrasi ini memberikan hasil yang kurang peka, karena adanya kemungkinan terdapat asam-asam organik yang ikut bereaksi. Cara yang lebih cepat dan lebih sensitif adalah dengan menggunakan metode HPLC.

II.            Rumusan Masalah
-             Apakah penetapan kadar zat aktif pada vitamin B kompleks memberikan hasil spesifik terhadap zat aktif yang dianalisa ?

III.            Tujuan Penelitian
-             Untuk mengembangkan metode sederhana, yang efisien, handal, akurat dan hemat biaya dengan menggunakan HPLC

IV.            Manfaat Penelitian
4.1.   Bagi masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat terhadap kadar zat aktif yang ada dalam vitamin B kompleks.

4.2.   Bagi Akademik
Untuk menambah perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah di Perpustakaan Sekolah Tinggi Analis Kesehatan Bakti Asih Bandung.

4.3.   Bagi penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan tentang penetapan kadar zat aktif yang ada dalam sampel vitamin B kompleks.

V.            Hipotesis Penelitian
5.1.   Kadar zat aktif Nikotinamida & Riboflavin, Thiamin Mononitrat, dan Piridoksin HCl pada sampel vitamin B komplek dapat terlihat jelas pemisahannya pada kromatogram.
5.2.   Hasil penetapan kadar zat aktif yang bermacam-macam dalam satu sampel menggunakan HPLC hasilnya lebih efisien.

VI.            Studi Pustaka
6.1           Vitamin B kompleks
Dipandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks yang terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, biotin, folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12 (sianokobolamin).
6.1.1.      Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Bentuk murninya adalah tiamin hidrokloida. Vitamin ini merupakan satu – satunya vitamin yang untuk pertama kalinya ditemukan di Indonesia (1897) yang dulu masih disebut Hindi-Belanda oleh sarjan Belanda yang bernama Eijkman.


6.2              Pengertian Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. (Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991).
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker.

6.3              Peranan vitamin C dalam tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan organ lain di dalam tubuh manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Kolagen sendiri sangat berperan dalam mempertahankan struktur pembuluh darah, mempertahankan kelenturan dan memperbaiki fungsi denyut.  Sehingga secara tak langsung maupun langsung dapat dikatakan kalau vitamin C dapat mempertahankan fungsi pembuluh darah sehingga tidak mudah rapuh dan tidak mudah menimbulkan perdarahan, terutama pada pembuluh darah kecil/kapiler.
Buah jeruk, adalah salah satu sumber vitamin C terbesar. Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker.

6.4              Struktur Vitamin C (asam askorbat)
7_Juli_11 Vit C 1
Gambar 6.5 Struktur Vitamin C (asam askorbat)

Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun 1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti.[2]
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk, merupakan sumber utama vitamin ini.

VII.            Kerangka Konsep


 


                                                              

Pemeriksaan Kadar Zat Aktif dengan Metode HPLC
 
                                                                                     

                                                 
                                                 


Hasil
 
 





VIII.            Metode Penelitian
8.1.   Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode HPLC, yaitu untuk mendapatkan kadar zat aktif yang spesifik, akurat dan efisien.

8.2.   Populasi dan Sample
Sampel yang digunakan untuk penelitian yaitu vitamin B kompleks.

8.3.   Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di PT. Triman Pharmacutical Industry pada bulan April 2014.

8.4.   Alat dan Bahan
8.4.1      Alat
·          Botol semprot
·          Batang pengaduk
·          Corong pendek
·          Labu ukur 250 mL
·          Magnetic stirer
·          Botol reagen
·          Gelas kimia
·          Ultrasonic
8.4.2      Bahan
·           Aquabidest pro HPLC
·           Natrium n-pentan sulfonat
·           Natrium n-heptan sulfonat
·           Asam asetat glasial
·           Metanol
·           Nikotinamida
·           Thiamin mononitrat
·           Kalsium pantotenat
·           Riboflavin
·           Piridoksin HCl
·           Sampel vitamin B kompleks

8.4.3.    Cara Kerja
a.         Pembuatan Fase gerak
-        Timbang 0,261 g Natrium n-pentan sulfonat dan 0,202 g natrium n-heptan sulfonat, masukkan ke dalam beaker glass.
-        Larutkan dengan 350 ml Aquabidest pro HPLC, tambahkan 150 ml metanol dan ± 2 ml asam asetat glacial.
-        Kocok dengan menggunakan magnetic strirer.
-        Saring larutan fase gerak dengan membran 0,45 µm.
-        Getarkan dalam ultrasonic bath selama 15 menit.

b.        Pembuatan Larutan standar
-        Timbang seksama 100 mg Nikotinamid, 10 mg Thiamin mononitrat, 50 mg Kalsium pantotenat, 10 mg Riboflavin, 10 mg Piridoksin HCl, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
-        Tambahkan Aquabidest pro HPLC ± 50 ml, dan 2 ml asam asetat glasial.
-        Getarkan dalam ultrasonic bath, sesekali dikocok.
-        Tambahkan Aquabidest pro HPLC secara bertahap hingga mencapai volume ± 180 ml.
-        Getarkan kembali dalam ultrasonic bath hingga larut sempurna.
-        Dinginkan hingga mencapai suhu kamar.
-        Encerkan dengan Aquabidest pro HPLC hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
-        Saring larutan dengan penyaring membran ukuran 0,45 µm.

c.         Larutan Uji
-         Timbang 10 tablet satu persatu, hitung berat rata-ratanya, gerus sampai halus dan homogen.
-         Timbang seksama ± 50 mg sampel, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.
-         Tambahkan ± 25 ml larutan asam asetat 0,5 %.
-         Getarkan dalam ultrasonic bath selama 30 menit.
-         Dinginkan hingga suhu kamar.
-         Encerkan dengan asam asetat 0,5 % hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
-         Saring larutan dengan penyaring membran ukuran 0,45 µm.

                          Sistem kromatografi
Panjang gelombang
: 275 nm
Kolom
: C18 / L1
Flow rate
: 2 ml / menit
Volume suntikan
: 20 µm
SBR (Penyntikan ulang kali)
: ≤ 2,0 %
Tailing factor
: ≤ 2,0 %


                 
IX.            Analisa Data
Data di analisis dengan uji statistik untuk mengetahui kedekatan hasil data penelitian dengan persyaratan standar yang dibuat \.

X.            Jadwal Penelitian

No
Rencana Kegiatan
April 2014
Mei 2014
Minggu ke
1
2
3
4
1
2
3
4

Studi Pustaka







Penyusuanan Proposal







Seminar Proposal








Pelaksanaan Penelitian








Analisa Data








Laporan & Penulisan TA








Sidang TA










XI.            Rancangan Biaya
KEPERLUAN
JUMLAH
1.      Reagen HPLC
Rp. 500.000
2.      Biaya Penyusunan Proposal
Rp. 100.000
3.      Biaya tak terduga
Rp. 200.000
   Total
Rp. 800.000


















Daftar Pustaka

International Journal Pharmaceutical Sciences and Research
 IJPSR (2012), Vol. 3, Issue 07



Tidak ada komentar:

Posting Komentar