Kromatografi adalah suatu cara pemisahan
dimana komponen-komponen yang akan dipisahkan didistribusikan antara 2 fase,
salah satunya yang merupakan fase stasioner (diam), dan yang lainnya berupa
fasa mobil (fasa gerak). Fase gerak dialirkan menembus atau sepanjang fase
stasioner. Fase diam cenderung menahan komponen campuran, sedangkan fasa gerak
cenderung menghanyutkannya.
Komponen utama kromatografi adalah fasa stationer
(diam) dan fasa mobil (gerak), dan kromatografi dibagi menjadi beberapa jenis
bergantung pada jenis fasa mobil dan mekanisme pemisahannya, seperti
ditunjukkan di Tabel 1.1
Tabel
1.1 Klasifikasi kromatografi
Kriteria
|
Nama
|
Fasa
mobil
|
Kromatografi cair, kromatografi
gas
Kromatografi adsorpsi, kromatografi partisi |
Mekanisme
|
Kromatografi pertukaran ion
kromatografi gel |
Fasa stationer
|
Kromatografi
kolom, kromatografi lapis tipis,kromatografi kertas
|
2.1. Kromatografi kertas
Berbagai
jenis pemisahan yang sederhana dengan kromatografi kertas telah dikerjakan
dimana prosesnya dikenal sebagai “analisis kapiler”. Metode-metode seperti ini
sangat bersesuaian dengan kromatografi serapan, dan sekarang kromatografi
kertas dipandang sebagai perkembangan dari system partisi. Salah satu zat padat
dapat digunakan untuk menyokong fasa tetap yaitu bubuk selulosa.
2.1.1.
Pengertian Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan
kromatografi cairan - cairan dimana sebagai fasa diam adalah lapisan tipis air
yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa cair lainnya dapat
digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
2.1.2.
Prinsip Kromatografi Kertas
Prinsip dasar kromatografi kertas
adalah partisi multiplikatif suatu senyawa antara dua cairan yang saling tidak
bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi antara kompleks selulosa-air dan
fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik yang sudah dijenuhkan dengan
air atau campuran pelarut.
2.1.3.
Mekanisme Kromatografi Kertas
Kertas dibuat dari serat selulosa.
Selulosa merupakan polimer dari gula sederhana, yaitu glukosa.
Adsorben dalam kromatografi kertas
adalah kertas saring, yakni selulosa.
Cara melakukannya, cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).
Cara melakukannya, cuplikan yang mengandung campuran yang akan dipisahkan diteteskan / diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung, dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan akan terlarut dari kertas).
Pelarut
bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan komponen
dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut. Bila
permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika
senyawa-senyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau nodayang
terpisah. Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi dengan cara fisika dan
kimia yaitu dengan menggunakan suatu pereaksi – pereaksi yang memberikan sebuah
warna terhadap beberapa atau semua dari senyawa -senyawa. Bila daerah dari noda
yang terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari
senyawa. Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada
kedudukan dari noda relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik
kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran
kecepatan migrasi suatu senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan
merupakan besaran karakteristik dan reprodusibel.
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak
senyawa dari titik awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
Rf = Jarak titik tengah noda dari titik awal
Jarak tepi muka pelarut dari titik
awal
Ada beberapa faktor yang menentukan
harga Rf yaitu:
1)
Pelarut, disebabkan pentingnya koefisien partisi, maka
perubahan - perubahan yang sangat kecil dalam
komposisi pelarut dapat menyebabkan perubahan -
perubahan harga
Rf.
2)
Suhu, perubahan dalam suhu merubah koefisien partisi dan
juga kecepatan aliran.
3)
Ukuran dari bejana, volume dari bejana mempengaruhi
homogenitas dari atmosfer jadi mempengaruhi kecepatan penguapan dari komponen - komponen pelarut dari kertas. Jika bejana besar
digunakan, ada tendensi perambatan lebih lama, seperti perubahan komposisi
pelarut sepanjang kertas, maka koefisien partisi akan berubah juga. Dua faktor
yaitu penguapan dan kompisisi mempengaruhi harga Rf.
4)
Kertas, pengaruh utama kertas pada harga Rf timbul dari
perubahan ion dan serapan, yang berbeda untuk macam - macam kertas. Kertas mempengaruhi kecepatan aliran juga
mempengaruhi kesetimbangan partisi.
5)
Sifat dari campuran, berbagai senyawa mengalami partisi
diantara volume-volume yang sama dari fasa tetap dan bergerak. Mereka hampir
selalu mempengaruhi karakteristik dari kelarutan satu terhadap lainnya hingga
terhadap harga Rf mereka.
Kromatografi
kertas diterapkan untuk analisis campuran asam amino dengan sukses besar.
Karena asam amino memiliki sifat yang sangat mirip, dan asam-asam amino larut
dalam air dan tidak mudah menguap (tidak mungkin didistilasi), pemisahan asam
amino adalah masalah paling sukar yang dihadapi kimiawan di akhir abad 19 dan
awal abad 20. Jadi penemuan kromatografi kertas merupakan berita sangat baik
bagi mereka.
Kimiawan Inggris Richard Laurence
Millington Synge (1914-1994) adalah orang pertama yang menggunakan metoda
analisis asam amino dengan kromatografi kertas. Saat campuran asam amino
menaiki lembaran kertas secara vertikal karena ada fenomena kapiler, partisi
asam amino antara fasa mobil dan fasa diam (air) yang teradsorbsi pada selulosa
berlangsung berulang-ulang. Ketika pelarut mencapai ujung atas kertas proses
dihentikan. Setiap asam amino bergerak dari titik awal sepanjang jarak
tertentu. Dari nilai R, masing-masing asam amino diidentifikasi. Kromatografi
kertas dua-dimensi (2D) menggunakan kertas yang luas bukan lembaran kecil, dan
sampelnya diproses secara dua dimensi dengan dua pelarut.
Kromatografi dua dimensi
2.1.4.
Jenis Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas ada dua jenis
yaitu :
1)
Kromatografi kertas satu arah
Dalam
kromatografi kertas, fase diam adalah kertas serap yang sangat seragam. Fase
gerak adalah pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Sampel tinta diteteskan
pada garis dasar pinsil pada selembar kromatografi kertas. Beberapa pewarna
larut dalam jumlah yang minimum dalam pelarut yang sesuai, dan itu juga di
teteskan pada garis yang sama.
Kertas
digantungkan pada wadah yang berisi lapisan tipis pelarut atau campuran pelarut
yang sesuai didalamnya. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada dibawah
garis pada bercak diatasnya. Kadang-kadang kertas hanya digulungkan secara
bebas pada silinder dan diikatkan dengan klip kertas pada bagian atas dan
bawah. Silinder kemudian ditempatkan dengan posisi berdiri pada bawah wadah. Alasan
untuk menutup wadah adalah untuk meyakinkan bahwa astmosfer dalam gelas kimia
terjenuhkan denga uap pelarut. Penjenuhan udara dalam gelas kimia dengan uap
menghentikan penguapan pelarut sama halnya dengan pergerakan pelarut pada
kertas.
2)
Kromatografi kertas dua arah
Kromatografi kertas dua arah dapat digunakan dalam
menyelesaikan masalah pemisahan substansi yang memiliki nilai Rf yang sangat
serupa. Waktu ini kromatogram dibuat dari bercak tunggal dari campuran yang
ditempatkan ke depan dari garis dasar. Kromatogram ditempatkan dalam sebuah
pelarut sebelum dan sesudah sampai pelarut mendekati bagian atas kertas.
Sangat menarik untuk mencoba
menjelaskan kromatografi kertas dalam kerangka bahwa senyawa-senyawa berbeda
diserap pada tingkatan yang berbeda pada permukaan kertas. Dengan kata lain,
akan baik menggunakan beberapa penjelasan untuk kromatografi lapis tipis dan
kertas. Kompleksitas timbul karena serat-serat selulosa beratraksi dengan uap
air dari atmosfer sebagaimana halnya air yang timbul pada saat pembuatan
kertas. Kertas sebagai serat-serat selulosa dengan lapisan yang sangat tipis
dari molekul-molekul air yang berikatan pada permukaan.Interaksi ini dengan air
merupakan efek yang sangat penting selama pengerjaan kromatografi kertas.
2.2.
Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi
lapis tipis (KLT) dikembangkan tahun 1938 oleh Ismailoff dan Schraiber. Adsorben
dilapiskan pada lempeng kaca yang bertindak sebagai peunjang fase diam. Fase
bergerak akan merayap sepanjang fase diam dan terbentuklah kromatogram. Ini
dikenal juga sebagai kromatografi kolom terbuka. Metode ini sederhana, cepat
dalam pemisahan tinggi dan mudah untuk memperoleh kembali senyawa-senyawa yang
terpisahkan.
2.2.1.
Pengertian Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT)
adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk memisahkan suatu campuran
senyawa secara cepat dan sederhana.
Kromatografi lapis tipis digunakan
untuk pemisahan senyawa secara cepat, dengan menggunakan zat penjerap berupa
serbuk halus yang dipaliskan serta rata pada lempeng kaca. Lempeng yang
dilapis, dapat dianggap sebagai “kolom kromatografi terbuka” dan pemisahan
dapat didasarkan pada penyerapan, pembagian atau gabungannya, tergantung dari
jenis zat penyerap dan cara pembuatan lapisan zat penyerap dan jenis pelarut.
2.2.2.
Prinsip Kromatografi Lapis Tipis
Prinsipnya didasarkan atas partisi dan
adsorpsi. Zat penjerap merupakan fase stasioner, berupa bubuk halus dibuat
serba rata dan tipis diatas lempeng kaca. Fase diam yang umum digunakan adalah
silika gel, baik yang normal fase maupun reversed fase
Kromatografi lapis tipis dengan penyerap penukar ion dapat digunakan untuk
pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada kromatografi lapis tipis
tidak tetap, jika dibandingkan dengan yang diperoleh pada kromatografi kertas.
Oleh karena itu pada lempeng yang sama di samping kromatogram zat yang di uji
perlu dibuat kromatogram zat pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang
berbeda-beda.
2.2.3.
Cara Kerja Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi
lapis tipis adalah metode pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan,
yang terdiri atas bahan berbutir – butir (fase diam), ditempatkan pada
penyangga berupa plat gelas, logam atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan
dipisah berupa larutan , ditotolkan berupa berupa bercak atau pita
(awal). Setelah plat atau lapisan ditaruh didalam bejana tertutup rapat
yang berisi larutan pengembang yang cocok.
Alasan
untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas
kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam
gelas kimia biasanya ditempatkan kertas saring yang terbasahi oleh pelarut.
Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Pemisahan terjadi selama perambatan kapiler. Karena pelarut bergerak lambat
pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan
bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak
warna.
Untuk campuran yang tidak diketahui, lapisan pemisah (sifat penjerap)
dan sistem larutan pengembang harus dipilih dengan tepat karena
keduanya bekerjasama untuk mencapai pemisahan. Selain itu hal yang juga
penting adalah memilih kondisi kerja yang optimum yang meliputi sifat
pengembangan, jarak pengembangan , atmosfer bejana dan lain- lain. Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram biasanya dinyatakan dengan angka Rf atau
hRf.
Rf
= Jarak titik pusat bercak dari titik awal
Jarak garis
depan dari titik awal
Angka
Rf berjangka antara 0,00 dan 1,00 dan hanya dapat ditentukan dua desimal.
hRf adalah angka Rf dikalikan faktor 100 (h), menghasilkan nilai
berjangka 0 – 100. Jika keadaan luar misalnya sifat penjerap yang agak
menyimpang, menghasilkan kromatogram yang agak menyimpang, menghasilkan
kromatogram yang secara umum menunjukkan angka Rf lebih rendah atau lebih
tinggi, maka sistem pelarut harus diganti dengan yang lebih sesuai. Jika angka
hRf lebih tinggi dari hRf yang dinyatakan, kepolaran pelarut harus dikurangi,
jika hRf lebih rendah maka komponen polar pelarut harus dinaikkan.
Sifat – sifat umum dari penyerap - penyerap untuk
kromatografi lapis tipis yaitu besar partikel dan homogenitasnya, karena adhesi
terhadap penyokong sangat tergantung pada mereka. Besar partikel yang biasa
digunakan adalah 1 – 25 mikron . Partikel yang butirannya sangat kasar tidak
akan memberikan hasil yang memuaskan dan salah satu alasan untuk menaikkan
hasil pemisahan adalah menggunakan penyerap yang butirannya halus. Kebanyakan
penyerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang digunakan kebanyakan
diberi pengikat yang dimaksudkan untuk memberi kekuatan pada lapisan dan
menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat yang digunakan kebanyakan
kalsium sulfat. Tetapi biasanya dalam perdagangan silika gel telah diberi
pengikat. Jadi tidak perlu mencampur sendiri dan diberi nama dengan kode silika
gel G.
Gambar Kromatografi Lapis Tipis
Bahan adsorben sebagai fasa diam digunakan silica gel,
alumina, dan serbuk selulosa. Partikel silica gel mengandung gugus hidroksil di
permukaannya yang akan membentuk ikatan hidrogen dengan molekul -molekul polar.
Alumina lebih disukai untuk memisahkan senyawa -senyawa polar lemah, sedangkan
silica gel lebih disukai untuk memisahkan molekul-molekul seperti asam-asam
amino dan gula. Magnesium silikat, kalsium silikat, dan arang aktif mungkin
juga dapat digunakan sebagai adsorben.
Zat yang paling
umum digunakan sebagai adsorben adalah alumina, silica gel, dan bubuk silica. Zat
- zat tersebut dibuat bubuk tepung yang selanjutnya tersebar di atas lempeng
dan dibuat sedemikian rupa hingga ketebalannya merata. Kadang - kadang suatu
pengikat, misalnya plaster parte ditambahkan untuk menambah daya lekat zat
tersebut. Setelah kering, selanjutnay diaktivasi dengan pemanasan dalam oven
pada temperature 110oC selama beberapa jam. Cara kerjanya sama
dengan kromatografi kertas. Deteksi terhadap noda timbul kadang-kadang lebih
mudah dibandingkan kromatografi kertas karena dapat dipakai cara-cara yang
lebih umum.
Jel silika
adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungkan oleh
atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH. Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si.
Eluen pengembang
dapat berupa pelarut tunggal dan campuran pelarut dengan susunan tertentu.
Pelarut - pelarut pengembang harus mempunyai kemurnian yang tinggi. Terdapatnya
sejumlah kecil air atau zat pengotor lainnya dapat menghasilkan kromatogram
yang tidak diharapkan.
Analisis dengan KLT dapat digunakan untuk
mengidentifikasi simplisia yang kelompok kandungan kimianya telah diketahui. Kelompok
kandungan kimia tersebut antara lain :
1)
Alkaloid
2)
Antraglikosida
3)
Arbutin
4)
Glikosida Jantung
5)
Zat pahit
6)
Flavonoid
7)
Saponin
8)
Minyak atsiri
9)
Kumarin dan asam fenol karboksilat
10)
Valepotriat
Pereaksi penampak
Pereaksi
penampak adalah larutan pereaksi yang digunakan untuk menyemprot lempeng KLT
agar bercak yang terjadi dapat jelas terlihat.
a)
Anisaldehid-asam sulfat P
Untuk mengamati minyak atsiri, saponin, zat pedas dan
lain-lain.
b)
Dragendroof
Untuk mengamati alkaloid.
c)
Antimon (III) klorida
Untuk mengamati glikosida jantung, saponin.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
KLT :
a)
Lempeng yang akan digunakan harus
diaktifkan terlebih dahulu agar pada proses elusi lempeng silica gel dapat
menyerap dan berikatan dengan sampel. Pengaktifan lempeng dilakukan dalam oven
pada suhu 1100C selama 30 menit.
b)
Chamber harus dijenuhkan untuk menghilangkan
uap air atau gas lain yang mengisi fase penjerap yang akan menghalangi laju
eluen.
c)
Pada saat penotolan, hendaknya sampel
jangan terlalu pekat sebab pemisahannya akan sulit sehingga didapat noda
berekor.
d)
Penotolan harus tepat sehingga
didapatkan jumlah noda yang baik.
e)
Eluen yang digunakan harus murni
sehingga tidak menghasilkan noda lain.
2.2.4.
Noda Pada Kromatografi Lapis Tipis
Mekanisme panampakan noda pada UV yaitu suatu molekul
yang mengabsorbsi cahaya ultraviolet akan mencapai suatu keadaan tereksitasi
dan kemudian memancarkan cahaya ultraviolet atau cahaya tampak pada waktu
kembali ke tingkat dasar (emisi), emisi inilah yang digambarkan sebagai
fluoresensi.
Prinsip
pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga menghasilkan kecepatan
yang berbeda - beda saat terpartisi dan terjadilah pemisahan. Untuk
memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan kombinasi eluen non polar
dengan polar. Apabila noda yang diperoleh terlalu tinggi, maka kecepatannya
dapat dikurangi dengan mengurangi kepolaran. Namun apabila nodanya lambat
bergerak atau hanya ditempat, maka kepolaran dapat ditambah.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi gerakan noda dalam kromatrografi lapis tipis yang juga
mempengaruhi harga Rf :
a. Struktur kimia
dari senyawa yang sedang dipisahkan
b. Sifat dari
penyerap dan derajat aktivitasnya.
c. Tebal dan
kerataan dari lapisan penyerap.
d. Pelarut (dan derajat kemurniannya)
fase bergerak
e. Derajat
kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang digunakan
f. Teknik percobaan, Arah dalam
mana pelarut bergerak di atas plat.
g. Jumlah cupilkan yang digunakan,
Penetesan cuplikan dalam jumlah yang berlebihan.
h. Suhu, Pemisahan-pemisahan sebaiknya
dilakukan pada suhu tetap,
i. Kesetimbangan, Ternyata bahwa
kesetimbangan dalam lapisan tipis lebih penting dalam kromatografi, hingga
perlu mengusahakan atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut.
Noda-noda yang diperoleh biasanya berekor
disebabkan karena :
·
Penotolan yang berulang-ulang dan
letaknya tidak tepat
·
Kandungan senyawa yang terlalu asam
atau basa
·
Lempeng yang tidak rata
2.2.5.
Kelebihan dan Manfaat Kromatografi Lapis Tipis
a. Kelebihan Kromatografi
Lapis Tipis
Kelebihan
penggunaan
kromatografi lapis tipis yaitu :
·
lebih cepat dan lebih reproducible dari kromatografi
kertas,
·
untuk menyempurnakan pemisahan,
·
lempeng dapat dibuat dengan campuran adsorben yaitu
campuran homogen dari beberapa adsorben, satu lempeng dilapisi dengan adsorben
yang berbeda-beda, satu lempeng dilapisi dengan campuran dua adsorben dengan
konsentrasi bervariasi dari 0 % ke 100 % untuk adsorben yang satu dari ujung
lempeng yang satu ke ujung lempeng yang lain dan sebaliknya,
·
area dari bercak lebih kompak dan jenis spray-reagents
lebih banyak termasuk yang bersifat korosif dapat digunakan bila adsorben bukan
selulosa.
b.
Manfaat Kromatografi Lapis Tipis
Adapun
manfaat dari Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yaitu :
·
Pemeriksaan kualitatif dan kemurnian
senyawa obat.
·
Pemeriksaan simplisia hewan dan
tanaman.
·
Pemeriksaan komposisi dan komponen
aktif sediaan obat.
·
Penentuan kualitatif masing-masing
senyawa aktif campuran senyawa obat.
Harusnya di cantumkan dasar teorinya. Biar lebih falid, tidak ngambang
BalasHapusMamtapplll
BalasHapusterimaksih infonya
BalasHapus