PENDAHULUAN
Setiap
orang berkepentingan terhadap tanah. Tanah sebagai sumberdaya alamyang dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam aktivitas guna memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tanah sebagai sumberdaya yang digunakan untuk keperluan
pertanian dapat bersifat sebagai sumberdaya yang dapat pulih (reversible ) dan
dapat pula sebagai sumberdaya yang dapat habis (Santoso, 1991).
Tanah berasal dari pelapukan
batuan dengan bantuan tanaman dan organisme,membentuk tubuh unik yang
menyelaputi lapisan batuan. Proses pembentukan tanahdikenal sebagai
pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuhalam yang
terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon. Setiap horizondapat
menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia dan biologi yang
telah dilalui tubuh tanah tersebut.Dalam usaha pertanian tanah mempunyai fungsi
utama sebagai sumber penggunaan unsur
hara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, dan sebagai tempat tumbuh dan
berpegangnya akar serta tempat penyimpan air yang sangat diperlukan untuk
kelangsungan hidup tumbuhan.
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tanah
1. Pengertian
Tanah
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh & berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman
dan menyuplai kebutuhan air dan udara; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang
dan penyuplai hara atau nutrisi (senyawa organik dan anorganik
sederhana dan unsur-unsur esensial seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu,
Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara
biologi berfungsi sebagai habitat biota (organisme) yang
berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara tersebut dan zat-zat aditif
(pemacu tumbuh, proteksi) bagi tanaman,yang ketiganya secara integral mampu
menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomassa dan produksi
baik tanaman pangan, tanaman obat-obatan, industri perkebunan, maupun
kehutanan.
2. Tekstur
Tanah
Tabel 1.
Penetapan Klas Tekstur Menurut Perasaan di Lapangan
No
|
Klas Tekstur
|
Proporsi (%) fraksi tanah
|
Rasa dan
Sifat Tanah
|
|||
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
||||
1.
|
Pasir (Sandy)
|
85
|
15
|
10
|
Rasa kasar jelas, tidak membentuk bola dan
gulungan serta tidak melekat.
|
|
2.
|
Pasir Berlempung (Loam
Sandy)
|
70-90
|
30
|
15
|
Rasa kasar
sangat jelas, membentuk bola yang mudah sekali hancur serta sedikit sekali
melekat
|
|
3.
|
Lempung Berpasir (Sandy
Loam)
|
40-87,5
|
50
|
20
|
Rasa kasar
agak jelas, membentuk bola agak keras, mudah hancur serta melekat.
|
|
4.
|
Lempung (Loam)
|
22,5-52,5
|
30-50
|
10-30
|
Rasa tidak
kasar dan tidak licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat serta melekat.
|
|
5.
|
Lempung Liat
Berpasir
(Sandy-Clay-Loam)
|
45-80
|
30
|
20-37,5
|
Rasa kasar
agak jelas, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika
dipijit, gulungan mudah hancur serta melekat
|
|
6.
|
Lempung Liat berdebu
(Sandy-silt loam)
|
20
|
40-70
|
27,5-40
|
Rasa jelas
licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat
|
|
7.
|
Lempung Berliat (Clay
Loam)
|
20-45
|
15-52,5
|
27,5-40
|
Rasa agak
kasar, membentuk bola agak teguh (kering), membentuk gulungan jika dipijit,
gulungan mudah hancur serta melekatnya sedang
|
|
8.
|
Lempung Liat Berdebu (Silty
Loam)
|
20
|
40-70
|
27,5-40
|
Rasa jelas
licin, membentuk bola teguh, gulungan mengkilat serta melekat
|
|
9.
|
Liat Berpasir
(Sandy-Clay)
|
45-62,5
|
20
|
37,5-57,5
|
Rasa licin
agak kasar, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
serta melekat sekali
|
|
10.
|
Debu (Silt)
|
20
|
80
|
12,5
|
Rasa licin
sekali, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan
mengkilat serta agak melekat.
|
|
11.
|
Liat Berdebu
(Silty-Clay)
|
20
|
40-60
|
40-60
|
Rasa agak
licin, membentuk bola dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
serta melekat sekali
|
|
12.
|
Liat (Clay)
|
45
|
40
|
40
|
Rasa
berat, membentuk bola baik serta melekat sekali
|
|
B.
Indikator Kesuburan Tanah
Kesuburan
tanah bisa diukur berdasarkan beberapa indikator kesuburan tanah.Beberapa
indikator kesuburan tanah yang biasa digunakan oleh para ahli tanah antaralain
adalah : kapasitas absorbsi, tingkat kejenuhan basa, derajat kemasaman
tanah,kandungan liat dan kandungan bahan organik.
.
1. Kapasitas Absorbsi
Dihitung dengan milli equivalent,
adalah kemampuan tanahuntuk mengikat/ menarik suatu kation oleh
partikel-partikel kolloid tanah (partikelkolloid itu terdiri dari liat dan
organik), dan ini secara langsung mencerminkankemampuan tanah melakukan
aktifitas pertukaran hara dalam bentuk kation.Semakin tinggi nilai kapasitas
absorbsi, maka tanah dikatakan kesuburannyasemakin baik, yang biasanya susunan
kationnya didominasi oleh unsur K (Kalium),Ca (Calsium) dan Mg (Magnesium),
sehingga nilai pH tanah normal (berkisar 6,5).
2. Kejenuhan Basa
Nilainya dalam bentuk persen,
mencerminkan akumulasi susunankation. Peningkatan nilai persen kejenuhan basa
mencerminkan semakin tingginyakandungan basa-basa tanah pada posisi nilai pH
tanah yang menyebabkan nilai kesuburan kimiawi optimal secara menyeluruh. Nilai
kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh nilai pH, karena nilai pH
akan mampu mempengaruhidan mencerminkan aktifitas kimiawi sekaligus aktifitas
biologis dan kondisi fisik didalam tanah.kesuburan kimiawi optimal secara
menyeluruh. Nilai kesuburan kimiawi secarasederhana dicermnkan oleh nilai pH,
karena nilai pH akan mampu mempengaruhidan mencerminkan aktifitas kimiawi
sekaligus aktifitas biologis dan kondisi fisik didalam tanah.
3. Keasaman Tanah
.Reaksi tanah menunjukkan sifat
kemasaman atau alkalinitastanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH
menunjukkan banyaknyakonsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi
kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain
H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik
dengan banyaknyaH+. Pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada
OH-, sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila
kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH =
7 (Anonim 1991).
Nilai pH berkisar
dari 0-14 dengan pH 7 disebut netral sedangkan pH kurang dari 7 disebut masam
dan pH lebih dari 7 disebut alkalis. Walaupun demikian pH tanah umumnya berkisar
dari 3,0-9,0. Di Indonesia unumnya tanahnya bereaksi masam dengan 4,0 – 5,5
sehingga tanah dengan pH 6,0 – 6,5 sering telah dikatakan cukup netral meskipun
sebenarnya masih agak masam. Di daerah rawa-rawa sering ditemukan tanah-tanah
sangat masam dengan pH kurang dari 3,0 yang disebut tanah sangat masam karena
banyak mengandung asam sulfat. Di daerah yang sangat kering kadang-kadang pH
tanah sangat tinggi (pH lebih dari 9,0) karena banyak mengandung garam Na
(Anonim 1991).
4. Kandungan liat
Merupakan ukuran kandungan
partikel kolloid tanah. Partikel dengan ukuran ini (kolloid) akan mempunyai
luas permukaan dan ruang pori tinggi sehingga mempunyai kemampuan absorbsi juga
tinggi serta diikuti kemampuan saling tukar yang tinggi pula diantara partikel
kolloid. Kemampuan absorbsi ini bisauntuk air maupun zat hara, sehingga menjadi
cermin peningkatan kesuburan tanah. Namun jika kandungan liat pada komposisi
dominan atau tinggi menjadi tidak ideal
untuk budidaya maupun pengolahan tanah. Kandungan liat yang tinggimenyebabkan
perkolasi, inlfiltrasi, permeabilitas, aerasi tanah menjadi lebih rendah
sehingga menyulitkan peredaran air dan udara.
5. Kandungan Bahan Organik
Merupakan indikator paling
penting dan menjadi kunci dinamika kesuburan tanah. Bahan organik mempunyai
peran yang multifungsi, yaitu mampu merubah sifat fisik, sifat kimia dan sifat
biologi tanah. Selain itu bahan organik juga mampu berperan mengaktifkan
persenyawaan yang ditimbulkan dari dinamikanya sebagai ZPT (zat pengatur
tumbuh), sumber Enzim (katalisator reaksi-reaksi persenyawaan dalam metabolisme
kehidupan) dan Biocide (obat pembasmi penyakitdan hama dari bahan organik).
Bahan organik juga
dapat merubah sifat kimia tanah, yaitu melalui proses dekomposisi yang
dilakukan oleh mikroba yang memang selalu menempel pada bahan organik. Proses
dekomposisi akan melepaskan zat-zat hara ke dalam larutan di dalam tanah dan
juga menjadikan bahan organik menjadi bentuk yang lebih sederhana dan bersifat
kolloid. Kondisi ini akan meningkatkan kemampuan absorbsi tanah
yang berkaitan juga
dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah karena meningkatnya
luas permukaan partikel tanah. Hal ini menjadikan tanah mempunyai
kemampuan menyimpan unsur-unsur
hara yang semakin baik, mengurangi penguapan Nitrogen, maupun pencucian
hara-hara kation lain. Padasaatnya berarti pula meningkatkan kapasitas tanah
untuk melepas hara kation bagi kebutuhan tanaman, baik melalui proses
pertukaran secara langsung maupun pasif oleh proses difusi.
C.
Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah
Pengaruh bahan
organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas
pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan
terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan
negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation
(KPK).Bahanorganik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah.
Sekitar 20– 70% kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid
humus (contoh:Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan
KPK tanah(Stevenson, 1982).
Kapasitas pertukaran
kation (KPK) menunjukkan kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan
mempertukarkan kation-kation tersebut termasuk kation hara tanaman. Kapasitas
pertukaran kation penting untuk kesuburan tanah.
Fraksi organik dalam
tanah berpotensi dapat berperan untuk menurunkan kandungan pestisida secara
nonbiologis, yaitu dengan cara mengadsorbsi pestisida dalam tanah. Mekanisme
ikatan pestisida dengan bahan organik tanah dapat melalui: pertukaran
ion, protonisasi, ikatan
hidrogen, gaya vander Waal’s dan ikatan koordinasi dengan
ion logam (pertukaran ligan).
Tiga faktor yang menentukan
adsorbsi pestisida dengan bahan organik:
(1) karakteristik fisika-kimia adsorbenya(koloid
humus)
(2) sifat pestisidanya, dan
(3) Sifat tanahnya, yang meliputi
kandungan bahan organik, kandungan dan jenis lempungnya, pH, kandungan kation
tertukarnya, lengas, dan temperatur tanahnya (Stevenson, 1982)
Peran bahan organik
terhadap ketersediaan hara dalam tanah tidak terlepas dengan proses
mineralisasi yang merupakan
tahap akhir dari proses perombakan bahan organik. Dalam
proses mineralisasi akan dilepas mineral-mineral hara tanamandengan lengkap (N,
P, K, Ca, Mg dan S, serta hara mikro) dalam jumlah tidak tentu dan relatif
kecil. Hara N, P dan S merupakan hara yang relatif lebih banyak untuk dilepas
dan dapat digunakan tanaman.
1. Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur hara
makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama
dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005).
Menurut Hardjowigeno (2003)
Nitrogen dalam tanah berasal dari :
a.Bahan Organik Tanah : Bahan
organik halus dan bahan organik kasar.
b.Pengikatan oleh mikroorganisme
dari N udara.
c.Pupuk.
d.Air Hujan.
Sumber N berasal dari
atmosfer sebagai sumber primer, dan lainnya berasal dari aktifitas didalam
tanah sebagai sumber sekunder. Fiksasi N secara simbiotik khususnya terdapat
pada tanaman jenis leguminoseae sebagai bakteri tertentu. Bahan organik
juga membebaskan N
dan senyawa lainnya
setelah mengalami proses dekomposisi oleh aktifitas jasad renik tanah.
Hilangnya N dari tanah disebabkan karena digunakan oleh tanaman
ataumikroorganisme. Kandungan N total umumnya berkisar antara 2000 – 4000 kg/ha
pada lapisan 0 – 20 cm tetapi tersedia bagi tanaman hanya kurang 3 % dari
jumlah tersebut (Hardjowigeno 2003).
Manfaat dari Nitrogen
adalah untuk memacu pertumbuhan tanaman pada fasevegetatif, serta berperan
dalam pembentukan klorofil, asam amino, lemak, enzim, dan persenyawaan lain
(RAM 2007). Nitrogen terdapat di dalam tanah
dalam bentuk organik dan
anorganik. Bentuk-bentuk organik meliputi NH4, NO3, NO2, N2O dan unsur N.
Tanaman menyerap unsur ini terutama dalam bentuk NO3, namun bentuk lain yang
juga dapat menyerap adalah NH4, dan urea (CO(N2))2 dalam bentuk NO3.
Selanjutnya, dalam siklusnya,
nitrogen organik di dalam tanah
mengalamimineralisasi sedangkan bahan mineral mengalami imobilisasi. Sebagian N
terangkut,sebagian kembali scbagai residu tanaman, hilang ke atmosfer dan
kembali lagi, hilang melalui pencucian dan bertambah lagi melalui pemupukan.
Ada yang hilang atau bertambah karena pengendapan.
Proses nitrogen Bahan
organik sumber nitrogen (protein) pertama-tama akan mengalami peruraian menjadi
asam-asam amino yang dikenal dengan
proses aminisasi, yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik
mengurai menjadi amoniumyang dikenal sebagai
proses amonifikasi. Amonifikasi
ini dapat berlangsung hampir pada setiap keadaan, sehingga amonium dapat
merupakan bentuk nitrogen anorganik (mineral) yang utama dalam tanah (Tisdel
dan Nelson, 1974). Nasib dari
amonium ini antara lain dapat secara langsung diserap
dandigunakan tanaman untuk pertumbuhannya, atau
oleh mikroorganisme untuk segera dioksidasi menjadi
nitrat yang disebut dengan proses nitrifikasi. Nitrifikasi adalah
proses bertahap yaitu proses
nitritasi yang dilakukan oleh bakteri Nitrosomonasdengan menghasilkan nitrit,
yang segera diikuti oleh proses oksidasi berikutnyamenjadi nitrat yang
dilakukan oleh bakteri Nitrobacter yang disebut dengan nitratasi. Nitrat
merupakan hasil proses mineralisasi yang
banyak disukai atau diserapoleh sebagian besar tanaman budidaya. Namun nitrat
ini mudah tercuci melalui air drainase dan menguap ke atmosfer dalam bentuk gas
(pada drainase buruk dan aerasi terbatas) (Killham, 1994).
2. C-Organik
Kandungan bahan organik dalam
tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan
keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal inidikarenakan bahan
organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah.
Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik
(Anonim 1991).
Bahan organik tanah
sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem
tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan
organik dalam bentuk C-organik di tanah harusdipertahankan tidak kurang dari 2
persen, Agar kandungan bahan organik dalam tanah tidak menurun dengan waktu
akibat proses dekomposisi mineralisasi maka sewaktu pengolahan tanah penambahan
bahan organik mutlak harus diberikan setiap tahun. Kandungan bahan organik
antara lain sangat erat berkaitan dengan KTK (Kapasitas Tukar Kation) dan dapat
meningkatkan KTK tanah. Tanpa pemberian bahan organik dapat mengakibatkan degradasi kimia, fisik,
dan biologi tanah yang dapat merusak agregat tanah dan menyebabkan terjadinya
pemadatan tanah (Anonim 1991).
3. P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah
berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah.
Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pHsekitar 6-7 (Hardjowigeno
2003).
Dalam siklus P terlihat bahwa
kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbanganantara suplai dari pelapukan
mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi danmineralisasi
P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan
pelindian (Hanafiah 2005).
Menurut Leiwakabessy
(1988) di dalam tanah terdapat dua jenis fosfor yaitufosfor organik dan fosfor
anorganik. Bentuk fosfor organik biasanya terdapat banyak di lapisan atas yang
lebih kaya akan bahan organik. Kadar P organik dalam bahanorganik kurang lebih
sama kadarnya dalam tanaman yaitu 0,2 – 0,5 %. Tanah-tanahtua di Indonesia
(podsolik dan litosol) umumnya berkadar alami P rendah dan berdaya fiksasi
tinggi, sehingga penanaman tanpa memperhatikan suplai P kemungkinan besar akan
gagal akibat defisiensi P (Hanafiah 2005). Menurut Foth (1994) jika kekurangan
fosfor, pembelahan sel pada tanaman terhambat dan pertumbuhannya kerdil.
Pengaruh bahan
organik terhadap ketersediaan P dapat secara langsung melaui proses
mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang
terfiksasi. Stevenson (1982)
menjelaskan ketersediaan P di
dalam Tanah dapat ditingkatkan dengan penambahan bahan organik melalui 5 aksi
seperti tersebut di bawah ini:
(1) Melalui proses mineralisasi
bahan organik terjadi pelepasan P mineral (PO43-)
(2) Melalui aksi dari asam
organik atau senyawa pengkelat yang lain hasildekomposisi, terjadi pelepasan
fosfat yang berikatan dengan Al dan Fe yang tidak larut menjadi bentuk
terlarut, Al(Fe)(H2O)3(OH)2 H2PO4+Khelat
===>PO42-(larut) + Kompleks AL-Fe- Khelat (Stevenson,
1982).
(3) Bahan organik akan mengurangi
jerapan fosfat karena asam humat dan asamfulvat berfungsi melindungi
sesquioksida dengan memblokir situs pertukaran.
(4) Penambahan bahan organik
mampu mengaktifkan proses penguraian bahan organik asli tanah
(5) Membentuk kompleks
fosfo-humat dan fosfo-fulvat yang dapatditukar dan lebih tersedia bagi tanaman,
sebab fosfat yang dijerap pada bahan organik secara lemah.
Untuk tanah berkapur
(agak alkalin) yang banyak mengandung Ca danMg fosfat tinggi, karena dengan
terbentuk asam karbonat akibat dari pelepasan CO2 dalam proses
dekomposisi bahan organik, mengakibatkan kelarutan P menjadi lebih meningkat,
dengan reaksi sebagai berikut :
CO2
+ H2O ====== > H2CO3
H2CO3
+ Ca3(PO4)2 ====== > CaCO3 + H2PO4-
Asam-asam
organik hasil proses dekomposisi bahan organik juga dapat berperan sebagai bahan
pelarut batuan fosfat,
sehingga fosfat terlepas dan tersedia bagi tanaman.
Hasil
proses penguraian dan mineralisasi bahan organik, di samping akan
melepaskan fosfor anorganik
(PO43-) juga akan
melepaskan senyawa-senyawa P-organik
seperti fitine dan asam nucleic, dan diduga senyawa P-organik ini, tanaman
dapat memanfaatkannya. Proses mineralisasi bahan organik akan berlangsung jika
kandungan P bahan organik tinggi, yang sering dinyatakan dalam nisbah C/P. Jika
kandungan P bahan tinggi, atau nisbah C/P rendah kurang dari 200, akan terjadi
mineralisasi atau pelepasan P ke dalam tanah namun jika nisbah C/P tinggi lebih
dari 300 justru akan terjadi imobilisasi P atau kehilangan P (Stevenson, 1982).
4. Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara
ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K
+ Muatan positif dari
Kalium akan membantu menetralisir
muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur
lainnya. Hakim et al. (1986) , menyatakan bahwa ketersediaan Kalium
merupakan Kalium yang
dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yangtergantung penambahan dari
luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya
sendiri.
Kalium tanah
terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium.
Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut
dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan
tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh
serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai
kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam
mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi
pada kationtertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium.
5. Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur
unsur mineral essensial
sekunder seperti Magnesium dan
Belerang. Ca2+ Dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad
renik, terikat oleh
kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai
endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari
kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta
menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan
sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
6. Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer
keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan
karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak
kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu
tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya
dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan
dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya
adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang
umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk.
Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat
dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
7. Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur
pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan
magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang
pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium
(Hanafiah 2005).
8. Belerang (S)
Bahan organik di samping berperan
terhadap ketersediaan N dan P, juga berperan terhadap ketersediaan S dalam
tanah. Di daerah humida, S-protein,merupakan cadangan S terbesar untuk
keperluan tanaman. Mineralisasi bahan organik akan menghasilkan sulfida yang
berasal dari senyawa protein tanaman. Di dalam tanaman, senyawa sestein dan
metionin merupakan asam amino penting yang mengandung sulfur penyusun protein
(Mengel dan Kirkby, 1987).Protein tanaman mudah sekali dirombak oleh jasad
mikro. Belerang (S) hasilmineralisasi bahan organik, bersama dengan N, sebagian
S diubah menjadi mantapselama pembentukan humus. Di dalam bentuk mantap ini, S
akan dapat terlindung dari
pembebasan cepat (Brady, 1990). Seperti halnya pada N dan P,
proses mineralisasi atau imobilisasi S ditentukan oleh nisbah C/S bahan
organiknya. Jika nisbah C/S bahan tanaman rendah yaitu kurang dari 200, maka
akan terjadi mineralisasi atau pelepasan S ke dalam tanah sedang jika nisbah
C/S bahan tinggi yaitu lebih dari
400, maka justru
akan terjadi imobilisasi atau kehilangan S(Stevenson, 1982).
Siklus Sulfur
-
Oksidasi
sulfur menjadi sulfat oleh Thiobacillus, Arthrobacter dan Bacillus.
2H2S + O2→2S
+ 2H2O
2S + 2H2O
+ 3O2→2SO42-+ 4H+
S2O32-+
H2O + 2O2→2SO42-+2H+
-
Reduksi
Sulfat menjadi sulfida (S2-) oleh Desulphovibrio
desuphulricans
2SO42-
+ 4H2 → S2- + 4H2O
DAFTAR PUSTAKA
-
http://www.punden.org/index.php?option=com_content&view=article&id=72:pelatihan-mengukur-kesuburan-tanah-&catid=1:latest-news&Itemid=50
-
http://suntoro.staff.uns.ac.id/files/2009/04/pengukuhan-prof-suntoro.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar