PARASITOLOGI
Konsep
dasar:
Pada dasarnya ilmu parasitologi
adalah mempelajari mengenai “simbiosis”, terutama bentuk suatu organisme yang
bersifat parasit. Dua organisme yang hidup bersama dan menguntungkan bagi salah
satu atau kedua simbiont tersebut. Biasanya kedua simbiont adalah merupakan
organisme yang berbeda spesies, tetapi juga dapat dari spesies yang sama.
Dari kehidupan yang simbiosis
tersebut, dapat dikelompokkan dalam kategori yang berbeda menurut hubungan
antara kedua simbiont tersebut. Sehingga ada beberapa jenis simbiosis tersebut
yaitu:
Phoresis:
Adalah sistem simbiosis dimana satu
simbiont membawa simbiont lainnya dan secara fisiologik mereka saling
bergantung. Biasanya salah satu “phoront” lebih kecil dari lainnya. Misalnya :
spora jamur menempel pada kaki lebah.
Mutualisme:
Adalah simbiosis yang saling menguntungkan, dimana organisme satu
secara fisiologik bergantung pada organisme lainnya dimana satu organisme tidak
dapat hidup terpisah dari organisme lainnya. Misalnya: Protozoa dan fauna yang
hidup didalam usus rayap.
Commensalisme
Adalah simbiosis dimana salah satu organisme hidup dalam organisme
lainnya tetapi tidak mempengaruhi secara fisiologik pada organisme yang
ditempati (hospes), tetapi organisme tersebut tidak dapat hidup diluar hospes.
Ada dua bentuk yaitu: ekto commensalisme (hidup diluar tubuh hospes) dan
endocommensalisme (hidup didalam tubuh hospes). Misalnya: Entamoeba ginggivalis, hidup dalam mulut orang. Organisme tersebut
memakan bakteri, sisa makanan, sel epitel yang mati, tetapi tidak menyebabkan
sakit pada hospes. Organisme tersebut tidak dapat hidup ditempat lain.
Parasitisme
Organisme yang hidup di dalam hospes
dan menyebabkan sakit pada hospes. Ada dua bentuk yaitu ektoparasit dan
endoparasit.
Hospes/host/induk
semang/inang
Hospes definitif:
Adalah hospes dimana parasit hidup
dapat mencapai kedewasaan dan bereproduksi.
Hospes intermediate:
Adalah hospes dimana parasit hidup
tidak mencapai kedewasaan (sebagian dari daur hidupnya).
Paratenik:
Parasit yang masuk dalam hospes,
tetapi tidak berkembang dan tetap hidup dan dapat menginfeksi ke hospes
difinitif (Dioctophyma renale).
Hospes spesifik:
Parasit dapat hidup dan berkembang
biak hanya dalam satu atau dua hospes saja (Taenia
solium).
Hospes reservoar:
Hewan yang secara normal terinfeksi
parasit (tidak sakit), tetapi parasit tersebut dapat menginfeksi orang dan
menimbulkan sakit.
HELMINTOLOGI
Class
|
Ordo
|
Famili
|
Spesies
|
Organ
|
Nematoda
|
Ascaridata
|
Ascaridae
|
Ascaris lumbricoides
|
Usus
|
|
Oxyurata
|
Oxyuridae
|
Enterobius vermiculatus
|
Usus
|
|
Trichurata
|
Trichuridae
|
Trichuris trichura
|
Gastro-intestinal
|
|
Filariata
|
Onchocercidae
|
Wucheria bancrofti
|
Saluran
limfe
|
|
|
|
Onchocerca volvulus
|
Kulit
|
|
|
|
Loa- loa
|
Sub
cutaneus
mata
|
|
Dioctophymata
|
Dioctophymati-dae
|
Dioctophyma renale
|
ginjal
|
|
Rhabditata
|
Rhabdiasidae
|
Strongyloides stercorales
|
Paru,
intestinal
|
|
Strongylata
|
ancylostomidae
|
Strongyloides spp
|
Usus,
paru
|
|
|
|
Ancylostoma duodenale
|
Usus,
paru
|
Trematoda
|
Strigeata
|
Schistosomati-dae
|
Schistosoma haematobium
|
Vena
vesica urinaria
|
|
|
|
S. mansoni
|
Vena
porta hepatis, usus besar
|
|
|
|
S. japonicum
|
Usus
kecil
|
|
Echinostomata
|
Echinostomati-dae
|
Echinostoma revolutum
|
Interstitial
|
|
Plagiorchiata
|
Troglotremati-dae
|
Paragonimus westermanii
|
Paru,
otak dan viscera
|
|
Opisthorchiata
|
Opisthorchii-dae
|
Clonorchis sinensis
|
Hati
|
Cestoda
|
Pseudophylli-dea
|
Diphyllobotrii-dae
|
Diphylobotrium latum
|
|
|
Cyclophylidea
|
Taeniidae
|
Taeniarhynchus saginatus
(dewasa); Cysticercosis bovis
(larva)
|
Usus
manusia
Daging
sapi
|
|
|
|
Taenia solium
(dewasa)
Cysticercus cellulosae
(larva)
|
Usus
manusia
Daging
babi
|
|
|
|
Echinococcus granulosus
(dewasa)
Hydatidosis (cysta)
|
|
|
|
|
Echinococcus
multilocularis (dewasa)
Hydatid multilocularis
(larva)
|
|
|
|
Hymenolepidi-dae
|
Vampirolopsis nana
|
|
|
|
|
Hymenolepis diminuta
|
|
Ascaris lumbricoides
Cacing ini sering menginfeksi anak
dibawah umur, telurnya sangat tahan hidup sampai berbulan-bulan. Telur tersebut
tahan terhadap formalin 2%, dan beberapa jenis asam. Cacing banyak menginfeksi
anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia. Cacing jantan berukuran panjang 15-31 cm
dengan diameter 2-4 mm, dan betinanya berukuran panjang 20-40 cm dan diameter
3-6 mm.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dalam usus halus
(usus kecil), memakan sari makan dalam usus (diduga menembus mukosa usus untuk
menghisap darah). Kopulasi (kawin) terjadi dalam usus. Cacing betina dapat
memproduksi telur sampai 27 juta butir/ekor, dengan ukuran telur 60-70 mm X 40-50 mm. Kulit
telur transparan dengan diselaputi lendir albumin yang berwarna kecoklatan.
Telur yang dibuahi membentuk zigot
dan keluar bersama feses. Zigot berkembang pada suhu optimun (15,5-30oC),
mati pada suhu 38oC. Pada kondisi alamiah telur berkembang dalam
tanah aerobik dan membentuk larva didalam telur selama 10-14 hari (pada fase
ini bila tertelan tidak menyebabkan infeksi). Tetapi bila bentul L1
berkembang dan membentuk L2 dalam telur, maka telur tersebut menjadi
telur infektif.
Bilamana telur infektif tertelan
maka L2 menetas dan secara aktif menembus dinding mukosa usus dan
terbawa ke hati melalui saluran limfe usus atau venula usus. Dari hati larva
terbawa kebilik kanan jantung dan kemudian ke paru-paru melalui arteri
paru-paru. Larva biasanya tinggal dalam paru selama beberapa hari dan tumbuh
bergerak melewati kapiler masuk kedalam alveoli. Kemudian bergerak ke
bronchioli, bronchi, trachea menuju glottis. Penderita terbatuk dan larva
tertelan dan masuk kedalam saluran pencernaan menuju usus halus kemudian
menjadi dewasa.
Selama proses migrasi tersebut larva
tumbuh dari ukuran 200 mm sampai
300 mm. Ecdysis terjadi dalam usus halus
dalam selang waktu 25-29 hari setelah larva tertelan. Hanya larva yang mencapai
moulting yang ke 4 yang dapat hidup menjadi dewasa.
Patologi
Infeksi ringan: Terjadi
kerusakan kecil karena penetrasi melalui dinding mukosa usus oleh larva yang
baru menetas (L2). Terjadi respon peradangan (inflamatory respons)
pada saat larva bermigrasi yaitu pada organ limpa, hati, kelenjar limfe dan
otak. Hal tersebut juga terjadi pada saat larva bergerak dari kapiler paru ke
sistem respirasi sehingga menyebabkan perdarahan kecil (foci haemoragik).
Infeksi berat: Terjadi bila sejumlah besar larva penetrasi
melalui dinding usus sehingga menimbulkan perdarahan pada dinding usus dan pada
waktu bermigrasi ke paru akan menimbuklkan pneumonia pada area yang luas
sehingga dapat menyebabkan kematian (Ascaris pneumonitis). Bilamana sejumlah
cacing dewasa ada dalam usus, dapat menimbulkan gejala sakit perut, asthma,
insomnia dan sakit pada mata. Disamping itu akan menimbulkan respon alergik
bilamana cacing mengeluarkan bahan ekskresi maupun sekresi. Sejumlah cacing
dewasa dalam usus akan menyumbat saluran usus yang mengakibatkan cacing dewasa
menembus dinding usus atau apendiks usus. Hal tersebut menyebabkan peritonitis
yang mengakibatkan kematian pada penderita. Bila cacing masuk kedalam apendiks
dapat menimbulkan perdarahan lokal.
Diagnosis
Diagnosis secara akurat pada waktu terjadi migrasi larva sulit
dilakukan. Dengan melakukan pemeriksaan pada dahak (sputum) penderita kadang
dapat dilakukan. Diagnosis pada umumnya dilakukan dengan memeriksa telur cacing
pada feses penderita atau cacing dewasa yang keluar dari anus penderita.
Diagnosis juga dapat dilakukan dengan gejala patogenik yang diderita pasien
tetapi kebanyakan infeksi ringan tidak menunjukkan gejala.
Pengobatan
Beberapa obat aman diberikan dan
efektif yaitu piperazin sering digunakan dan cukup efisien. Obat lainnya
seperti levamisol, pyrantel dan mebendazol juga cukup baik.
Enterobius vermiculatus
(oxyurid nematode/ cacing kremi)
Cacing ini banyak menyerang anak
balita diseluruh dunia, terutama didaerah tropik. Tetapi kejadian infeksi
dilaporkan juga didaerah Alaska, daerah subtropik Florida, Sanfransisco
California dan sebagainya. Dilaporkan paling sedikit 500 juta orang terinfeksi
oleh parasit ini. Cacing betina panjang 8-13 mm dan jantan 1-5 mm.
Daur hidup
Infeksi mudah terjadi karena telur mudah tersebar dimana-mana dan
telur dapat bertahan berminggu-minggu pada kondisi yang lembab dan dingin.
Telur berkembang menjadi bentuk infektif dalam waktu 6 jam pada suhu tubuh.
Telur yang mengandung fase L3 akan menetas didalam duodenum dan
bergerak ke usus halus (usus kecil), akan mengalami moulting dua kali sebelum
menjadi dewasa dan fase tersebut cacing mencapai ileo-cecal. Total waktu sejak
telur tertelan dan menjadi dewasa adalah 15-43 hari. Cacing dewasa biasanya
tinggal di daerah ileo-cecal, tetapi mereka sering bergerak sepanjang saluran
gastro-intestinal dari lambung sampai ke anus. Cacing memakan sel epithel usus
dan bakteri dalam usus. Cacing betina yang mengandung telur bergerak didalam
lumen intestinum dan sering keluar melalui anus sampai ke perianal. Di daerah
sekitar anus (perianal) cacing betina tersebut mengeluarkan telurnya sampai
4600-16000 butir telur. Cacing betina mati segera setelah mengeluarkan telur
dan cacing jantan mati setelah kopulasi. Sehingga biasanya banyak ditemukan
cacing betina daripada cacing jantan didalam tubuh hospes.
Bilamana pada lipatan perianal tidak
dibersihkan dalam waktu yang lama, telur yang menempel pada daerah tersebut
akan menetas dan larva bergerak masuk kedalam anus kemudian menuju usus. Proses
tersebut dinamakan “Retrofection”.
Proses penetasan telur di dalam intestinum tidak pernah terjadi, kecuali
bilamana terjadi konstipasi.
Patologi
Pada infeksi ringan tidak
menimbulkan gejala dan sering diabaikan. Tetapi bila terjadi infeksi berat dan
sejumlah besar cacing berada da;am usus akan menimbulkan gejala serius.
Sehingga patogenesis dapat menyebabkan dua aspek yaitu:
1.
Kerusakan disebabkan oleh
cacing dalam intestinum
2.
Kerusakan disebabkan oleh
deposit telur cacing disekitar anus.
Timbulnya kerusakan pada mukosa intestinal karena perlekatan dengan
cacing dewasa menyebabkan pembengkakan ringan dan menyebabkan infeksi sekunder
oleh bakteri. Pergerakan cacing betina keluar dari anus dan melepaskan telur,
terutama bila penderita sedang tidur, menyebabkan gatal sekitar anus, sehingga
penderita menggaruknya. Garukan tersebut dapat menimbulkan luka berdarah
sehingga timbul infeksi sekunder oleh bakteri. Rasa gatal pada usus tersebut
menyebabkan pasien menjadi merasa tidak nyaman.
Sering dijumpai cacing
bergerak masuk kedalam vulva (pada wanita), dan cacing tersebut tinggal
beberapa hari di lokasi tersebut sehingga menyebabkan iritasi ringan. Beberapa
kasus dilaporkan cacing bergerak keatas masuk vagina, uterus dan sampai oviduct
menerobos terus membentuk cysta di peritoneum.
Anak yang terinfeksi
berat oleh cacing ini menyebabkan nervous, gelisah dan iritasi sehingga
megakibatkan anoreksia, kurus, tidak bisa tidur dan kesakitan pada lokasi
sekitar anus.
Diagnosis
Diagnosis positif bila ditemukan
telur ataupun cacing pada tubuh pasien. Pada umumnya dengan pemeriksaan feses
tidak memuaskan karena hanya sedikit telur yang dikelusrkan dalam intestinum
sehingga sedikit pula telur yang keluar melalui feses. Pada infeksi yang berat
telur dapat ditemukan pada ekitar anus dan akan terlihat dengan penerangan
lampu yang terang pada malam hari dan pagi hari. Cacing yang bergerak terlihat
menggeliat disekitar anus dan mudah terlihat disekitar lipatan anus.
Sepotong selopan tape
ditempelkan pada sekeping kayu tipis dengan permukaan yang lengket menghadap
keluar, kemudian ditempelkan pada lokasi sekitar anus dan perianus. Selopan
kemudian ditempelkan diatas slide kaca. Diteteskan satu tetes xylen atau toluen
pada permukaan selopan sehingga melarutkan zat perekat dan dilihat dibawah
mikroskop akan terlihat telur cacing tersebut. Hal tersebut dilakukan waktu
pasien baru bangun.
Pengobatan
Dengan obat piperazin sitrat,
pyrinium pamoat dan mebendazole, sangat efektif terhadap cacing ini, pengobatan
harus diulang setelah 10 hari untuk membunuh cacing yang masih hidup pada
pengobatan pertama. Bersamaan dengan pengobatan tersebut, sanitasi lingkungan
rumah harus dilakukan. Semua anggota rumah harus diobati, wlaupun mereka tidak
menunjukkan gejala sakit.
Walaupun diagnosis dan
perawatan enterobiasis ini relatif mudah, pencegahan terjadinya reinfeksi lebih
sulit dilakukan dan kebersihan individu sangat penting. Semua selimut, sprei,
handuk harus direndam dalam air panas dan rumah dibersihkan sebersih mungkin
untuk menurunkan prevalensi dari telur infektif dalam rumah tersebut.
Trichuris trichura
Jenis cacing nematoda
yang sering dijumpai menginfeksi orang setelah Ascaris dan Enterobiosis. Kebanyakan
anak balita sering terinfeksi oleh cacing ini baik melalui air minum yang
terkontaminasi maupun telur cacing yang
menempel pada tangan waktu bermain. Cacing dewasa panjangnya sekitar 30-50 mm,
dimana cacing jantan lebih kecil daripada cacing betina.
Daur hidup
Cacing betina bertelur sekitar
1000-7000 butir/hari dan keluar melalui feses. Telur berkembang membentuk
embrio setelah 21 hari dalam tanah yang lembab. Bila telur tersebut tertelan,
larva infekstif akan menetas di dalam usus halus dan masuk kedalam kripta
liberkuhn. Dalam waktu singkat larva berkembang masuk kembali kedalam lumen
usus dan bermigrasi kedaerah ileo-cecal dan menjadi dewasa setelah 3 bulan.
Cacing dewasa dapat hidup sampai beberapa tahun, sehingga sejumlah besar cacing
dewasa dapat tertimbun dalam tubuh satu orang, walupun dalam suatu daerah
penderita infeksi baru relatif kecil.
Patologi
Sejumlah kurang dari 100
cacing yang menginfeksi orang tidak menimbulkan gejala yang nyata. Tetapi bila
infeksi berat terjadi, dapat menyebabkan kondisi yang bermacam-macam, kadang
dapat menimbulkan kematian. Bagian anterior ccing masuk kedalam mukosa usus,
dimana cacing tersebut memakan sel darah merah. Hal tersebut menyebabkan trauma
dari sel epitel usus dan mukosa, sehingga dapat menyebabkan perdarahan kronis
yang menyebabkan anemia. Kemudian dapat menyebabkan infeksi sekunder oleh
bakteri dan reaksi alergi yang menyebabkan colitis, proctitis yang berat
sehingga dapat menyebabkan prolapsus rektum. Apendiks akan membengkak
menyebabkan radang apendisitis. Komplikasi dapat terjadi oleh infeksi amuboid
yang menyebabkan desentri.
Gejala yang terlihat
adalah insomnia, nervous, hilang nafsu makan, vomitus, urticaria, diaree,
constipasi dan intoksikasi. Pengaruh toksik tidak seluruhnya disebabkan oleh
cacing, tetapi oleh karena malnutrisi.
Diagnosis
Diagnosis spesifik dilakukan dengan
melihat telur cacing dalam feses yang berbentuk bipolar dangan ukuran 50-54 mm panjang dan lebar 22-23 mm dan
dibungkus selaput tipis.
Pengobatan
Karena lokasinya dalam cecum,
appendix dan ileum maka sulit dijangkau oleh obat peroral. Obat yang paling
efektif adalah Mebendazole.
Pencegahan dilakukan
dengan memberikan petunjuk pada anak-anak mengenai pentingnya kebersihan,
sanitasi dan harus selalu mencuci tangan sebelum makan, sehingga dapat mencegah
terjadinya reinfeksi.
Wucheria brancofti
(Filariasis/elephantiasis)
Cacing ini menyebabkan
penyakit disebut “Elephantiasis”, karena pembengkakan yang luar biasa pada
bagian tubuh manusia (terutama kaki). Penyakit ini juga disebut “filariasis”
yang menyerang orang daerah Afrika Tengah, delta sungai Nile, Turki, India,
Asia Tenggara, India Timur, Kepulauan Oceania, Australia dan Amerika Selatan.
Filariasis menyebabkan gangguan fisiologi yang besar pada tentara Amerika yang
bertugas di Pasifik pada Perang Dunia ke II. Cacing berukuran panjang 40 mm dan
diameter 100 mm pada cacing jantan; cacing betina
panjang 6-10 cm dan diameter 300 mm.
Daur hidup
Cacing betina bersifat
ovovivipar dan mengeluarkan ribuan mikrofilaria disekitar cairan limfe.
Mikrofilaria kemudian bergerak kedalam jaringan, tetapi kebanyakan terikut
aliran darah melalui duktus thoracalis. Secara periodik mikrofilaria berada
dalam sistem darah perifer dan kemudian menghilang dari lokasi tersebut. Jumlah
paling besar ditemukan mikrofilaria dalam darah perifer adalah pada malam hari
jam 10 sampai jam 2 pagi. Pada waktu itulah nyamuk menghisap darah penderita
sehingga banyak mikrofilaria terbawa oleh nyamuk tersebut. Di dalam saluran
pencernaan nyamuk selama 2-6 jam, kemudian menembus dinding lambung menuju
menuju otot bagian dada nyamuk dan mengalami moulting, 2 hari kemudian
mengalami fase ke 2 dan berada berbagai organ. Kemudian berkembang menjadi
bentuk filaria (filariform), filaria muda dengan ukuran 1,4-2 mm dan merupakan
bentuk infektif ini bergerak melalui aliran darah nyamuk menuju labium atau
proboscis dan akan mengeluarkan filaria pada waktu nyamuk menggigit kulit
manusia dan mencapai pembuluh darah limfe akan menjadi dewasa.
Hospes intermedier
Nyamuk dalam genus: - Anopheles, Aedes, Culex, Mansonia.
Nyamuk tersebut pada umumnya menghisap darah pada waktu malam hari.
Patologi
Pathogenesis dari
filariasis sangat bergantung pada reaksi radang dan respon imun dan hal
tersebut juga bergantung pada respon terhadap cacing dewasa terutama cacing
betina. Ada 3 fase gejala klinis yaitu:
-
fase inkubasi
-
fase akut atau fase inflamatory
(pembengkakan)
-
Fase obstruksi atau fase
komplikasi yang disebabkan oleh lympoedema kronik.
Fase inkubasi adalah fase antara waktu infeksi sampai terlihatnya
mikrofilaria dalam darah. Fase tersebut biasanya tidak terlihat gejala tetapi
akan terlihat pembengkakan pada kelenjar limfe yang disertai demam ringan.
Fase akut inflamasi
kemudian terlihat waktu cacing betina mencapai kedewasaan dan mulai
mengeluarkan mikrofilaria. Pembengkakan kelenjar limfe terjadi pada separo
bagian bawah tubuh disertai demam dan toksemia. Kelenjar limfe yang terkena
akan membengkak dan sakit. Gejala yang sering dijumpai adalah “inguinal
limfadenitis” (pembengkakan kelenjar limfe daerah inguinal), “orchitis”
(pembengkakan scrotum disertai rasa sakit), “hydrocele” (cairan limfe masuk
kedalam tunica vaginalis testis), “epdedymitis”(pembengkakan epidedymis).
Kondisi tersebut disebut dengan elephantiasis, dimana penderita akan mengalami
demam sampai mencapai suhu 40oC dalam selang waktu beberapa jam sampai hari.
Perubahan pada tingkat histologi akan terlihat proliferasi sel pada daerah
limfatik dengan adanya infiltrasi sel leukosit seperti polymorfonuklear dan eosinofil
disekitar limfatik dan vena. Sel radang yang paling banyak dijumpai adalah
limposit, sel plasma dan eosinofil. Terbentuk abces mengelilingi cacing yang
yang mati yang diikuti infeksi sekunder oleh bakteri. Mikrofilaria akan
menghilang dari sirkulasi darah perifer selama atau setelah fase akut.
Fase obstruksi ini sangat nyata ditandai dengan varices pada
scrotum, hydrokel dan elephantiasis. Varices limfe adalah “varicose” saluran
limfe, dimana cairan limfe tidak dapat mengalir kembali karena terbendung oleh
cacing sehingga saluran tersebut membesar/melebar, menyebabkan “chyluria”
(cairan limfe dalam urine) yang merupakan gejala khas pada penyakit filariasis.
“chyle” tersebut menyebabkan uruine berwarna keputihan seperti susu, dan kadang
ada warna kemerahan karena darah juga sering dijumpai. Pada kondisi obstruksi
kronis daerah yang menderita akan terisi oleh jaringan ikat atau jaringan parut
(scar), setelah pembengkakan selesai. Tetapi kadang cacing yang mati diselimuti
oleh jaringan keras (mengalami kalsifikasi).
Bilamana terjadi infeksi berulang pada fase akut inflamasi ini, maka
proses elephantiasis ini kembali terjadi. Hal ini disebut “limfadenitis
kronis”, banyak jaringan ikat terbentuk sehingga kulit mengalami penelbalan.
Pada pria organ yang mengalami elephantiasis adalah scrotum, kaki dan tangan.
Pada wanita pada kaki dan tangan, sedangkan pada vulva dan payudara kadang
menderita. Organ yang mengalami elephantoid biasanya terdiri jaringan ikat,
jaringan granulomatif dan lemak. Kulit menjadi menebal dan pecah-pecah, infeksi
sekunder oleh bakteri dan jamur dapat terjadi. Mikrofilaria pada daerah
tersebut tidak ditemukan.
Diagnosis
Dengan menemukan mikrofilaria dalam darah adalah disgnosis yang
tepat. Dengan menggunakan ulas darah tebal dilakukan pada saat cacing muda
berada dalam darah perifer. Dengan radiasi sinar x, dapat melihat cacing yang
mati mengalami kalsifikasi. Filariasis perlu diwaspadai bila penderita
menunjukkan gejala setelah 3 bulan baru datang di daerah endemik.
Pengobatan
- diethylcarbamazin
-
Metronidazole
Pada kaki yang membengkak dapat dilakukan pembalutan yang ketat
untuk menekan cairan limnfe keluar dari daerah yang membesar. Hal tersebut
secara perlahan dapat mengecilkan pembesaran daerah tersebut hingga mendekati
normal, tetapi bila sudah terbentuk jaringan ikat (kronis), susah dapat kembali
normal. Dengan jalan operasi pengambilan jaringan elephantoid dapat
dilaksanakan.
Pencegahan utama ialah menghindari gigitan nyamuk didalam daerah
endemik. Penggunaan repelant, obat nyamuk dan sebagainya harus dilakukan bila
orang datang ke daerah endemik.
Parasit yang mirip
Brugia malayi, dilaporkan mirip dengan W.
brancofti, baik gejala yang ditimbulkan maupun daur hidupnya. Parasit ini
menyerang orang daerah India, Indonesia, Asia Tenggara, Filipina dan Srilangka.
Ukuran cacing hanya separo dari W.
bracofti.
Onchocerca volvulus
Infeksi cacing ini telah dilaporkan
di daerah Afrika, Arab, Guatemala, Meksiko, Venezuela dan Colombia.
Morfologinya mirip dengan W. brancofti.
Cacing jantan panjang 19=42 cm, betina 33,5-50 cm
Daur hidup
Cacing dewasa berlokasi dibawah kulit dan akan terbentuk kapsula
karena reaksi tubuh hospes. Bilamana berlokasi dekat tulang seperti persendian
atau diatas tulang kepala, nodule yang permanen akan terjadi.
Mikrofilaria berada dalam kulit
kemudian terhisap oleh lalat penghisap darah/lalat hitam/bleck fly (Simulium damnosum) sebagai hospes
intermedier. Bagian mulut lalat tidak menembus terlalu dalam, berisi cairan
kental yang penuh dengan mikrofilaria. Fase pertama dari larva cacing bergerak
dari saluran cerna lalat ke otot dada. Kemudian mengalami moulting yang
kemudian moulting lagi menjadi larva infektif menjadi bentuk filaria
(filariform), filaria muda bergerak kearah mulut lalat dan akan menginfeksi
hospes definitif baru. Filaria tumbuh menjadi dewassa tinggal dibawah kulit
selama kurang dari 1 tahun. Cacing biasanya berpasangan. Cacing yang berada
dibawah kulit atau dibawah kulit yang lebih dalam akan memproduksi
mikrofilaria. Mikrofilaria kemudian menginvasi kepermukaan kulit dan akan
terhisap oleh hospes intermedier.
Patologi
Ada dua hal yang menyebabkan efek patologi yaitu: cacing dewasa dan
mikrofilaria. Dari kedua bentuk cacing tersebut, bentuk cacing dewasa tidak
begitu patogenik dan bahkan kadang tidak menunjukkan gejala sakit. Tetapi pada
kondisi yang buruk cacing didalam subkutan membentuk nodule disebut
“Onchocercomas”, terutama yang menetap didekat tulang. Didaerah Amerika Tengah
kebanyakan penderita terdapat nodule diantara tulang rusuk dan paha dan juga
didaerah leher dan kepala. Nodule tersebut berbentuk benigna dan relatif tidak
sakit. Jumlah nodule berfariasi dari hanya satu sampai ratusan. Nodule tersebut
terutama berisi jaringan serabut kolagen yang mengelilingi beberapa cacing
dewasa. Nodule akan mengalami degenerasi dapat membentuk abses atau
kalsifikasi.
Hadirnya mikrofilaria didaerah kulit menyebabkan dermatitis yang
berat yang menyebabkan reaksi alergik dan efek toksik disebabkan matinya cacing
muda. Gejala pertama adalah gatal-gatal yang menyebabkan luka dn terinfeksi
oleh bakteri (infeksi sekunder). Kemudian diikuti dispigmentasi kulit lokal
atau lebih luas, kemudian diikuti penebalan kulit dan kulit menjadi
pecah-pecah. Gejala menyerupai avitaminosis A, hal tersebut diduga parasit
berkompetisi dengan metabolisme vitamin A.
Gejala yang lebih lanjut kulit kehilangan elastisitasnya.
Depigmentasi berkembang menjadi daerah yang lebih luas terutama daerah kaki.
Hal tersebut dapat dikelirukan dengan penyakit lepra. Pada kondisi yang lebih
buruk lagi bila terjadi komplikasi dimana mikrofilaria mencapai kornea. Hal
tersebut dalat menimbulkan inflamasi pada sklera atau bagian putih dari bola
mata. Kemudian diikuti penimbunan jaringan ikat yang mengakibatkan
vaskularisasi dari kornea yang dapat mengganggu penglihatan. Terjadinya
penimbunan jaringan ikat (fibrous tissue) mengakibatkan pasien buta total.
Diagnosis
Diagnosis yang akurat dengan
menemukan mikrofilaria dalam kulit. Hal tersebut dilakukan dengan mengambil
sepotong kulit dengan gunting (daerah mana saja) kemudian ditaruh diatas slide
kaca dan diberi tetesan garam fisiologis kemudian diperiksa dibawah mikroskop
akan terlihat mikrofilaria. Diagnosis lebih spesifik dan sensitif juga dapat
dilakukan dengan sistem imunodiagnostik dengan menggunakan haemaglutination
tes.
Pengobatan
Ada dua bentuk pengobatan yaitu dengan operasi dan kemoterapi.
Eksisi nodule didaerah kepala dapat mengurangi terjadinya invasi mikrofilaria
kedaerah mata dan mengurangi infeksi baru dalam populasi.
Pengobatan dengan “suramin” dapat membunuh cacing dewasa sehingga
dapat menghilangkan mikrofilaria. Nodule harus diambil karena cacing yang mati
karena pengobatan dapat menimbulkan abses pada nodul tersebut.
“Dietilkarbamazin” dapat membunuh mikrofilaria dengan cepat tetapi tidak
membunuh cacing dewasa. Tetapi bila mikrofilaria mati dengan cepat maka
mikrofilaria yang mati akan menimbulkan reaksi tubuh dan kulit dapt mengkerut.
Disamping itu dapat terjadi shock anapilaktik yang disebabkan oleh reaksi tubuh
terhadap cacing yang mati tersebut. Obat ini lebih baik diberikan bersama
antihistamin atau cortison untuk mencegah efek samping sehingga memperoleh
hasil yang baik.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memberantas hospes intermedier
lalat Simulium sp. Pemebrantasan
dilakukan dengan insektisida yang sesuai.
Loa-loa
Adalah cacing mata yang menyebabkan penyakit disebut
loaiasis atau pembengkana Calabar (Calabar swelling/fugitive swelling).
Penyakit banyak dilaporkan menginfeksi orang di hutan hujan (rain forest)
Afrika Barat dan Sudan.
Daur hidup
Cacing dewasa hidup dibawah
kulit daerah punggung, pinggang, axila, penis dan mata. Mikrofilaria ditemukan
secara periodik di sirkulasi darah perifer pada waktu siang hari dan di daerah
paru pada waktu malam hari. Hospes intermedier adalah lalat Chrysops yang
menggigit kulit dan menghisap darah sehingga membawa mikrofilaria dalam tubuh
hospes tersebut. Larva berkembang menjadi fase ke 3 dan dlam bentuk filariform muda dan bermigrasi ke
mulut. Periode prepatent pada manusia sekitar 1 tahun dan cacing dewasa dapat
hidup 15 tahun.
Patologi
Cacing bergerak di bawah
dibawah kulit diantara jaringan dan menyebabkan respons radang. Bila cacing
tinggal di suatu lokasi menimbulkan pembengkakan disebut “Calabar swelling”,
dan kemudian menghilang bila cacing bergerak kelain tempat. Cacing dapat
bermigrasi ke comjungtiva dan kornea.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis tepat
dengan menemukan mikrofilaria dalam darah. Cacing dewasa dapat dilihat dibawah
kulit, dalam kornea dan persambungan tulang hidung. Diagnosis dapat dikelirukan
dengan Onchocercosis. Pengobatan terutama deilakukan dengan operasi untuk
mengambil cacing dewasa. Pengobatan
dapat digunakan seperti pengobatan penyakit filariasis yaitu Dietyl
carbamazin dan Metronidazole.
Dioctophyma renale
Caccing ini merupakan cacing yang terbesar diantara klas nematoda,
cacing jantan panjangnya sampai 20 cm dan lebar 6mm; cacing betina panjangnya
mencapai 100 cm lebar 12 mm, berwarna merah.
Daur hidup
Telur yang berkulit tebal memerlukan 6 bulan untuk membentuk embrio
didalam air. Telur dimakan oleh anelida,
sejenis cacing Lumbricus variegatus
dan segera menetas menjadi cacing muda stadium satu. Kemudian penetrasi melalui dinding saluran
darah abdominal berkembang menjadi stadium 4. Bila anelida tersebut tertelan
oleh hospes intermedier, cacing bermigrasi ke ginjal dan menjadi dewasa. Tetapi
bila dimakan oleh ikan, cacing muda akan membentuk cyste didalam daging ikan
atau viscera ikan, disini ikan adalah
hospes Paratenik. Bila ikan dimakan
oleh hospes definitif, cacing muda akan melakukan penetrasi kedalam duodenum
kemudian masuk kedalam ginjal dan menjadi dewasa (biasanya ginjal bagian
kanan). Cacing dewasa bertelur dan telur dikeluarkan lewat urine.
Patologi
Neurosis terjadi karena tekanan dari cacing bersamaan dengan
aktifitas makan dari parsit tersebut. Hal tersebut meyebabkan ginjal yang
terkena dindingnya menipis, fungsi ginjal menurun bahkan menjadi tidak
berfungsi dan menyebabkan toksisitas uremia.
Diagnosis dan pengobatan
Karena kasusnya sangat jarang maka
dokter kadang tidak menduga dan tidak mendiagnosis secara tepat. Dengan
ditemukannya telur cacing dalam urine adalah satu-satunya diagnosis yang tepat.
Satu-satunya cara pengobatan ialah dengan operasi pengambilan cacing dari
ginjal.
Strongyloides stercoralis
Adalah merupakan salah satu cacing
nematoda yang terkecil yang sering menginfeksi orang dan hewan, seperti anjing,
kucing dan ruminansia. Cacing S.
papillosus menginfeksi hewan domba, S.
ransoni, pada babi dan S. ratti Pada tikus. Cacing betina panjangnya
2,0-2,5 mm, dan yangt jantan sekitar 0,7 mm.
Daur hidup
Cacing betina menancapkan bagian depan tubuhnya (anterior end)
didalam mukosa usus halus dan sampai
kedalam sub mukosa. Cacing dewasa tersebut juga kadang dijumpai dala sistem
saluran nafas, kantong empedu dan dalam pankreas. Cacing betina memproduksi
telur yang telah berembrio dan dikeluarkan dalam submukosa atau lumen usus.
Telur berukuran 50-58 um x 30-34 um. Telur tersebut menetas didalam submukosa
atau waktu masuk kedalam lumen usus, dan cacing muda berada dalam lumen usus kemudian dikeluarkan
melalui feses. Cacing muda bentuk filaria akan menginfeksi hospes melalui pori
kulit atau tertelan masuk slauran pencernaan. Cacing muda yang masuk melalui
kulit akan terbawa aliran darah menuju paru dan masuk kedalam alveoli, bergerak
ke trachea yang kemudian menjadi dewasa dan bertelur didalam usus halus.
Sedangkan yang masuk melalui mulut, akan langsung menjadi dewasa didalam usus
halus. Cacing dewasa juga dapat hidup diluar hospes (free living adults), yaitu
didalam tanah dan bertelur yang kemudian menetas dan menjadi cacing muda yang
infektif dan dapat menginfeksi hospes. Tetapi bila tidak menginfeksi, cacing
juga dapat tumbuh menjadi dewasa dan dapat memproduksi telur. Sehingga disini
ada dua bentuk dar hidup yaitu: 1. Daur hidup heterogenik dan 2. Daur hidup
homogenik.
Bilaman cacing muda berkesempatan
moulting dua kali pada saat turun kebawah saluran cerna, cacing tersebut dapat
melakukan penetrasi dalam mukosa bagian bawah malalui darah dan terus menjadi
dewasa lagi dalam usus. Proses tersebut disebut: Autoinfeksi. Dalam kondisi tersebut pasien dapat menderita infeksi
cacing ini sampai 36 tahun.
Patologi
Pengaruh patologi dari cacing ini dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu: fase invasi; pulmonaris dan
intestinal.
Penetrasi melalui kulit dengan larva
invasif dapat mengakibatkan perdarahan kecil dan pembengkakan sehingga
menimbulkan rasa gatal pada lokasi masuknya cacing. Luka tersebut dapat
menyebabkan infeksi sekundar oleh bakteri patogen yang dapat menyebabkan
inflamasi.
Selama migrasi dari cacing muda
menuju paru dapat menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga menimbulkan
reaksi sel paru dan dapat sedikit memperlambat migrasi cacing tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan cacing dapat bertahan di paru dan bahkan dapat beradaptasi
dan kemudian berproduksi seperti di dalam intestinum, karena cacing dapat
menyesuaikan diri pada kondisi dalam paru. Hal demikian dapat menimbulkan rasa panas didaerah dada
dan terjadi batuk kering (tanpa dahak) juga menyebabkan broncho-pneumonia.
Gejala tersebut dapat dikelirukan dengan gejala penyakit TBC.
Setelah tertelan, cacing betina muda
masuk kedalam kripta mukosa intestinum dan cepat menjadi dewasa dan menembus
jaringan sampai sub-mukosa atau sampai kedalam muskularis mukosa. Cacing
bermigrasi kemukosa dan mengeluarkan telur tiap hari, pada saat ini akan timbul
rasa sakit dan panas pada perut. Kerusakan jaringan oleh cacing dewasa dan
larva menimbulkan pengelupasan mukosa dan pada kondisi kronis dapat diganti
oleh jaringan ikat kadang menimbulkan nekrotik jaringan yang diikuti oleh
ilserasi dari intestinum.
Diagnosis
Dengan cara fecal smear secara langsung biasanya segera dapat
terdeteksi pada kasus infeksi yang berat. Pada kasus terjadinya diare, telur
dapat dilihat dalam feses dan bentuknya mirip dengan telur cacing kait (hook
worm) tetapi lebih bulat.
Pengobatan
Yang paling efektif adalah dengan Thiabendazole
Ancylostoma duodenale
Infeksi parasit cacing ini banyak di
laporkan di Eropa Selatan, Afrika Utara, India, China, Asia Tenggara, Amerika
dan Kepulauan Karibia. Cacing ini adalah cacing kait (hook worm) pertama yang
diketahui daur hidupnya pada tahun 1896 oleh Arthur Loos. Cacing jantan
panjangnya 8-11 mm, betina 10-13 mm.
Daur hidup
Cacing betina dapat bertelur dalam jumlah 25000-30000 butir/hari
pada kondisi lembab dan dingin atau pada suhu optimum 23oC-30oC,
sehingga telur menetas menjadi larva kemudian menjadi cacing muda yang
infektif. Cacing muda melakukan penetrasi melalui kulit hospes definitif,
kemudian mengikuti aliran darah masuk kedalam paru-paru, alveoli, bronchus
kemudian ke pharinx. Kemudian cacing tertelan masuk kedalam intestinum dan
bergerak dan mengait dinding intestinum memakan darah dan jaringan eksudat. Cacing
betina kemudian bertelur dan dikeluarkan melalui feses.
Patologi
Patolofi dari cacing kait ada 3 fase yaitu: fase invasi, fase
migrasi dan fase intestinal.
Larva infektif masuk melakukan
penetrasi melalui kulit dan menyebabkan kerusakan kecil pada bagian superfisial
kulit. Di dalam pembuluh darah cacing merangsang terjadinya reaksi seluler yang
dapat mengisolasi cacing dan membunuhnya. Sehingga dapat menimbulkan reaksi
alergik atau urticaria.
Bila cacing dapat mencapai paru,
larva masuk kedalam alveoli dan bergerak ke bronchi kemudian ke pharinx. Setiap
lokasi dimana larva lewat akan terjadi hemoragik yang dapat menyebabkan
timbulnya infeksi sekunder. Fase ini menimbulkan batuk kering yang ringan,
tetapi bila infeksinya berat dapat menyebabkan pneumonitis.
Fase intestinal adalah periode yang
paling penting dari patologi cacing ini. Pada waktu mencapai usus halus cacing
muda mengait mukosa dengan giginya yang kuat (buccal kapsul dan gigi) dan mulai
memakan darah. Pada kasus infeksi yang berat cacing ditemukan dari pylorus
gastrium sampai ke colon bagian atas, tetapi biasanya cacing ditemukan terbatas
pada sepertiga bagian atas dari usus halus. Cacing bergerak dari satu tempat
ketempat lain, tetapi perdarahan pada lokasi yang ditinggalkan perdarahan segera
terhenti. Diperkirakan penderrita kehilangan darah 0,15 ml perhari per ekor cacing. Sehingga
pasien dapat kehilangan darah sampai 200 ml pada infeksi yang berat. Hal
tersebut secara sedikit demi sedikit pasien akan kehilangan zat besi dan akan
menimbulkan gejala defisiensi Fe. Gejala anemia terjadi pada penderita yang
mengalami infeksi berat, gejala lain yang terlihat ialah adalah sakit perut dan
anoreksia.
Pada infeksi yang berat pasien akan
menderita defisiensi protein dengan gejala rambut dan kulit mengering, edema.
Pada anak-anak menyebabkan masa kedewasaan terhambat, kemunduran mental,
gangguan jantung dan kematian.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan menemukan telur cacing dalam feses dapat menentukan infeksi
cacing ini. Bila memeprkirakan jumlah ccing yang menginfeksi dapat dilakukan
dengan menghitung telur cacing per gram feses.
Pengobatan tidak selalu memuaskan
untuk membunuh cacing ini beberapa obat dicoba hasilnya sebagai berikut:
-Hexylresorcinol: cukup baik tetapi menimbulkan efek
yang tidak dikehendaki karena obat ini sangat mengiritasi saluran cerna.
-Tetrachlor etylen: mudah dilakukan dan cukup baik
hasilnya serta murah harganya. Obat ini sangat baik untuk A. duodenale dan N.
americanus, tetapi tidak efektif terhadap Ascaris.
-Bephenium hydroksinaphtoat, Pyrantel pamoat dan
mebendazole: efektif terhadap cacing kait ini dan juga terhadap Ascaris.
Parasit yang
mirip:
-Necator americanus, juga merupakan cacing kait, banyak dilaporkan di Amerika
-Ancylostoma malayanum Dilaporkan di Malaysia dan India
-A.
Ceylanicum: dilaporkan di Srilangka, Asia Tenggara, India Timur dan
Filippina
-A. baraziliensis:
Dilaporkan di Brazil dan daerah tropik lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar