Mycobacterium
tuberculosis
Dan Mycobacterium leprae
A. Mycobacterium
tuberculosis
1. Sejarah
Mycobacterium tuberculosis pertama kali dideskripsikan pada tanggal 24 Maret 1882 oleh Robert Koch.
Maka untuk mengenang jasa beliau, bakteri tersebut diberi nama baksil Koch.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri penyebab penyakit tuberkulosa
(TBC). Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch
Pulmonum (KP). Mycobacteria adalah golongan bakteri
berbentuk batang, tidak membentuk spora, bersifat aerob. Tak mudah dibedakan
pewarnaan, akan tetapi jika telah diberi pewarnaan, akan sukar dilunturkan
dengan asam dan alkohol. Oleh karenanya Mycobacteria disebut pula bakteri tahan
asam atau disingkat BTA. Mycobacteria dapat dikelompokkan
menjadi golongan saprofit dan golongan patogen.
2. Klasifikasi Ilmiah :
Kingdom :
Bacteria
Filum :
Actinobacteria
Ordo :
Actinomycetales
Upaordo :
Corynebacterineae
Famili :
Mycobacteriaceae
Genus :
Mycobacterium
Spesies :
Mycobacterium tuberculosis
3. Morfologi
Bentuk bakteri Mycobacterium tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan
batang ramping dan kurus, dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang panjangnya
sekitar 2-4 mm dan lebar 0,2 – 0,5 mm yang bergabung membentuk
rantai.
4. Sifat Mycobacterium tuberculosis
Ketahanan hidup Mycobacterium
tidak tahan terhadap panas, akan mati pada pemanasan 60oC selama
15-20 menit. Ketahanan hidupnya dipengaruhi oleh keadaan sekitarnya. Biakan
dapat mati jika terkena sinar matahari langsung selama 2 jam, tetapi jika masih
berada dalam sputum dapat bertahan selama 20-30 jam. Basil yang berada dalam
percikan-percikan bahan masih dapat bertahan hidup selama 8-10 menit. Biakan
basil ini dalam temperature kamar dapat hidup 6-8 bulan dan dapat disimpen
dalam suhu -20oC selama 2 tahun.
Mycobacterium tahan
terhadap berbagai khemikilia dan desinfektan antara lain phenol 5%, asam sulfas
15%, asam nitrat 3% dan NaOH 4%. Basil ini dihancurkan oleh ioium tincture
dalam 5 menit, dengan alkohol 80% akan dihancurkan dalam waktu 2-10 menit.
Mycobacterium tuberculosis tidak dapat diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau bakteri
gram negatif, karena apabila diwarnai sekali dengan zat warna basa, warna
tersebut tidak dapat dihilangkan dengan alkohol, meskipun dibubuhi iodium. Oleh
sebab itu bakteri ini termasuk dalam bakteri tahan asam.
Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain
karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol.
Mycobacterium tuberculosis tidak menghasilkan kapsul atau spora serta dinding selnya terdiri dari
peptidoglikan dan DAP, dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Pada
dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan
peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel,
sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik.
Bakteri ini biasanya
berpindah dari tubuh manusia ke manusia lainnya melalui saluran pernafasan,
keluar melalui udara yang dihembuskan pada proses respirasi dan terhisap masuk
saat seseorang menarik nafas.
Habitat asli bakteri Mycobacterium tuberculosis sendiri
adalah paru-paru manusia.Infeksi dimulai saat kuman tuberkulosis berhasil
berkembang biak dengan cara pembelahan diri di dalam paru – paru.
5.Reaksi biokimiawi
- Uji niasin.
Dalam medium yang
mengandung telor, basil tbc tipe human tumbuh dan membentuk niasin. Larutan
cyanogens bromide 10%,Anilin 4% dalam alcohol 96% jika ditambahkan pada
suspensi biakan basil tbc diatas akan memberikan warna kuning gading. Keadaan
demikian dinamakan reaksi uji niasin positif.
- Uji aryl sulfatase.
Enzim aryl
sulfatase dihasilkan oleh Mycobacteria atipikal. Basil ini ditanam pada medium
yang mengandung tripotassium phenolphthelin disulfat 0,001 M. NaOH 2 N
diteteskan tetes demi tetes pada koloni pertumbuhan. Reaksi positif jika wama
koloni menjadi pink.
- Uji merah netral.
Strain
basil tbc yang virulen mampu mengikat merah netral dalam larutan buffer alkali,
sedang strain yang avirulen tidak mampu.
6. Gejala Klinik
Gejala umum
tuberkulosis antara lain badan lemah, mudah capai, berat badan menurun, demam,
jika tbc paru maka ditambah dengan gejala batuk kronis, dapat pula terjadi
hempotoe. Adanya basil tbc dalam sirkulasi darah menunjukkan terjadinya
tuberkulosis milier yang berarti banyak lesi pada berbagai organ. Dan keadaan
ini menunjukkan mortalitas yang tinggi.
7. Diagnosa Laboratorik
Bakteriologik.
Bahan pemeriksaan untuk tbc paru terutama adalah sputum. jika sukar mendapatkan
sputum, dapat dilakukan dengan usapan larynx atau cairan kurasan lambung.
Pelepasan
basil tbc dalam sputum kadang-kadang berhenti, kemudian dilepaskan lagi. Oleh
karenanya pengambilan bahan dan pemeriksaan sebaiknya dilakukan sedikitnya 3
hari berturut-turut. Bahan (sputum) ditampung dalam botol bermulut lebar.
Biakan (kultur):
Biakan cukup sensitif untuk deteksi
basil tahan asam yang hanya 10 -100 basil per ml sputum. Bahan yang sudah
dilakukan homogenisasi dan konsentrasi diinokulasikan pada perbenihan (medium)
Lowenstein-Jensen. Dieram pada suhu 37°C. Jika pemeriksaan mikroskopik positif,
dilakukan uji kepekaan terhadap berbagai obat tuberkulostatika. Pertumbuhan
pada perbenihan diamati setelah 4 hari, mungkin ada golongan “rapid grower”,
atau golongan jamur, atau ada kontaminasi. Setelah itu diamati sedikitnya
seminggu sekali. Hasil negatif clitetapkan setelah pengamatan selama 8-12
minggu tidak ada pertumbuhan.
8.Pengobatan
Obat-obat
yang banyak dipakai untuk penyakit tbc saat ini adalah INH (isoniazid),
ethambutol, rifampicin, dan streptomisin. Namun, cepat sekali muncul
strain-strain basil tbc yang resisten terhadap obat-oabt di atas. Umumnya INH
masih merupakan obat pilihan untuk tbc. Pengobatan lebih berhasil dengan
kombinasi 2-3 macam obat, misalnya INH dengan ethambutol, atau INH dengan rifampicin,
atau kombinasi yang lain. Kesembuhan klinik umumnya dapat dicapai dalam 6-12
bulan. Penderita dengan sputum positif menjadi tidak infektif setelah 2-3
minggu mendapat pengobatan efektif.
9. Epidemiologi,
Pencegahan dan Pengawasan
Sumber
infeksi basil tbc paling Bering adalah manusia yang mengeluarkan ekskret
mengandung banyak sekali basil tersebut terutama dari saluran pernafasan.
Kontak yang erat dengan penderita misalnya keluarga atau perawat, sangat besar
kemungkinan mendapat penularan melalui percikan-percikan dari ekskret tersebut.
Susu sapi yang menderita tbc dapat menjadi sumber infeksi lebih-lebih jika
tidak dilakukan pasteurisasi terhadap susu sapi tersebut.
B. Mycobacterium leprae
1.Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Bacteria
Filum: Actinobacteria
Ordo: Actinomycetales
Upaordo: Corynebacterineae
Famili: Mycobacteriaceae
Genus: Mycobacterium
Spesies: M. leprae
2. Morfologi
Mycobacterium leprae berbentuk batang lurus atau
sedikit bengkok, berukuran 1-8 X 0,2-0,5 mikron. Tahan asam, tetapi
dibandingkan dengan Mycobacterium tuberculosis lebih lemah. Dengan pengecatan
Ziehl-Neelsen basil lepra tampak satu-satu atau umumnya bergerombol karena
diikat oleh suatu glia (zat semacam lipid) dan ini membentuk bangunan yang
khan. Bentuk itu ada yang disebut globus.
Dalam bentuk
ini basil lepra tersusun sejajar, keseluruhannya membentuk semacam bola. Bentuk
lain disebut bentuk cerutu. Basil-basil lepra tersusun sejajar, tetapi bentuk
keseluruhannya menyerupai cerutu.
3. Penanaman.
Sampai saat
ini belum ada suatu jenis medium, baik medium buatan maupun biakan jaringan,
yang dapat dipergunakan untuk pembiakan basil lepra. Penanaman pada binatang
percobaan yang telah berhasil dan dijadikan standar adalah inokulasi pada
telapak kaki mencit dan dipertahankan pada suhu 20°C. Binatang lain yang juga
peka terhadap basil lepra adalah suatu jenis dari armadillo.
4. Pertumbuhan
khusus.
Penanaman
pada binatang percobaan menunjukkan bahwa basil lepra mempunyai waktu generasi
cukup panjang, yaitu antara 12 hari sampai 42 hari, dibanding dengan 14 jam
pada basil tbc atau 20 menit pada coliform.
5. Sifat-sifat.
Basil lepra
dalam suasana panas dan lembab dapat tetap hidup selama 9-16 hari. Jika terkena
sinar matahari secara langsung dapat bertahan hidup selama 2 jam, terhadap
sinar u.v. hanya dapat bertahan 30 menit.
6. Patologi
Penyakit
lepra digolongkan menjadi 2 tipe pokok, tipe lepromatosa dan tipe tuberkuloid.
Di antara kedua tipe itu terdapat tipe-tipe antara misalnya tipe dimorphosa
atau “borderline” dan tipe intermediate.
Ridley dan
jopling membagi tipe lepra menurut tingkatannya, menjadi 5 group:
- Tuberculoid (TT)
- Borderline tuberculoid (BT)
- Borderline (BB)
- Borderline leprornatosa, (BL)
- Lepromatosa (LL).
Tipe-tipe
tersebut menggambarkan status imunitas seseorang. Oleh karenanya tipe lepra
pada seseorang dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan imunitas atau
keberhasilan peRgobatan pada orang tersebut. Akan tetapi sifat-sifat dan
virulensi basil lepra tidak berbeda, walaupun diisolasi dari penderita dengan
tipe yang berbeda-beda.
7.Gejala Klinik
Tipe
lepromatosa muncul pada orang yang days tahannya menurun. Tampak beberapa lesi
nodular pada kulit (lepromata), yang terdid dari jaringan granulasi, monosit dan
basil lepra. Lesi ini dapat menjadi ulcus, sehingga dapat terjadi infeksi
sekunder dan kemudian terjadi proses mutilasi. Selanjutnya basil lepra
menyerang mukosa hidung, mulut, saluran nafas bagian atas, basil lepra tersebut
keluarkan bersama-sama sekret, sehingga lepra tipe lepromatosa sangat menular.
Di samping
itu basil lepra juga menyerang organ-organ lain seperti sistema retikulo-endotelial,
mats, testis, ginjal dan tulang, sehingga biasa terjadi basilaemia. Prognose
lepra tipe lepromatosa adalah jelek.
Tipe
tuberkuloid terjadi pada penderita yang mempunyai days tallan tinggi. Lesi pada
kulit hanya beberapa dan berbatas jelas, berupa bercak-bercak makula anestetik.
Saraf-saraf dapat terserang lebih awal dan
efek nyata dengan timbulnya deformitas terutama pada tangan dan kaki. Basil
sangat sedikit pada lesi dan kecil pula kemungkinan menular.
8. Diagnosa Laboratorium
Bahan
pemeriksaan diambil dari goresan dengan skalpel pada lesi di kulit atau mukosa
hidung atau daun telinga. Dibuat sediaan apus pada gelas benda dan dilakukan
pengecatan menurut cara Ziehl-Neelsen. Adanya basil lepra tampak berwama merah
dengan susunan bentuk globus, cerutu atau satu-satu.
9. Pengobatan
Obat-obat
yang digunakan untuk penyakit lepra antara lain :
1.
Golongan sulphon, merupakan obat pilihan utama. Obat yang dipergunakan
umumnya diami nodi phenyl sui I phone (DDS,Dapson).
2.
Clofazimine, diberikan pada lepra yang telah resisters terhadap DDS.
3.
Rimfamicin, diberikan sebagai kombinasi dengan obat pilihan utama
10.Epidemiologi,
Pencegahan dan Pengawasan
Penyakit lepra sangat menular , dan sumber penularan adalah penderita
lepra. Cara penularan belum diketahui secara pasti, sangat mungkin terjadi pada masa kanak-kanak, dalam
waktu yang sangat panjang selalu kontak dengan penderita yang dalam sekretnya
mengandung basil lepra,. Sekret hidung merupakan sumber penularan utama,
kemudian bare discharge dari lesi dikulit,
Sering terjadi orang tampak
normal, tidak merasa menderita lepra tetapi mengeluarkan secret yang menularkan lepra. Keadaan seperti
ini berlangsung 2-3 tahun sampai kemudian jelasa orang tersebut menunjukkan
tanda-tanda menderita lepra, Masa inkubasi lepra rata-rata 2-5tahun.
Kunci pengawasan Adalah terletak pada penetapan diagnosa dan pengobatan
penderita lepra. Anak-anak dari keluarga penderita lepra yang dianggap dapat
menularkan perlu diberi pengobatan sampai pengobatan terhadap yang sakit
dinyatakan tidak menular lagi.
Usaha vaksinasi sudah banyak dilakukan dengan vaksin BCG dan dicoba pula
dengan vaksin lepra. Percobaan di Uganda Menunjukkan bahwa sekitar 85% dari
orang-orang yang diberi vaksinasi BCG terhindar dari penyakit lepra .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar