Penetapan Kadar
Nikotinamida & Riboflavin, Thiamin Mononitrat, dan Piridoksin HCl Secara
Sekaligus Dengan Metoda HPLC Pada Sampel Vitamin B Complex
I.
Latar
Belakang Masalah
Vitamin merupakan suatu molekul organik yang sangat
diperlukan tubuh untuk proses metabolisme dan pertumbuhan yang normal.
Vitamin
adalah sekelompok senyawa yang berbeda, yang memiliki banyak kesamaan
baik kimia atau dalam fungsi metabolismenya.
Secara gizi, vitamin membentuk kelompok
kohesif senyawa organik yang diperlukan dalam makanan dalam jumlah kecil (mikrogram atau miligram per hari) untuk pemeliharaan kesehatan yang normal
dan integritas metabolik. Dengan demikian,
vitamin dibedakan
dari mineral penting dan elemen (yang anorganik)
dan dari amino dan
asam lemak esensial, yang dibutuhkan dalam jumlah yang lebih besar.
Istilah vitamin mula – mula diutarakan oleh seorang ahli
kimia Polandia yang bernama Funk, yang percaya bahwa zat penangkal beri – beri
yang larut dalam air itu suatu amina yang sangat vital, dan dari kata tersebut
lahirlah istilah vitamine dan yang kemudian menjadi vitamin.
Sediaan farmasi multivitamin yang
mengandung campuran beberapa zat aktif sangat menarik untuk dianalisis. Multivitamin
yang banyak diproduksi di farmasi kebanyakan termasuk golongan vitamin B yang
larut dalam air.
Dipandang dari segi gizi,
kelompok vitamin B termasuk kelompok vitamin yang disebut vitamin B kompleks
yang terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin (asam
nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6), asam pantotenat, biotin,
folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta vitamin B12 (sianokobolamin).
Penetapan kadar zat aktif pada vitamin yang paling sering digunakan adalah dengan cara titrasi.
Kelebihan metode titrasi yaitu dapat memberikan ketepatan dalam analisis
kuantitaif, dan dari segi biaya metode ini merupakan metode yang murah. Akan
tetapi, cara titrasi ini memberikan hasil yang kurang peka, karena adanya
kemungkinan terdapat asam-asam organik yang ikut bereaksi. Cara yang lebih
cepat dan lebih sensitif adalah dengan menggunakan metode HPLC.
II.
Rumusan
Masalah
-
Apakah penetapan
kadar zat aktif pada vitamin B kompleks memberikan hasil spesifik terhadap zat
aktif yang dianalisa ?
III.
Tujuan
Penelitian
-
Untuk mengembangkan metode sederhana, yang efisien, handal,
akurat dan hemat biaya dengan menggunakan HPLC
IV.
Manfaat
Penelitian
4.1. Bagi
masyarakat
Memberikan informasi
kepada masyarakat terhadap kadar zat
aktif yang ada dalam vitamin B kompleks.
4.2. Bagi
Akademik
Untuk menambah
perbendaharaan Karya Tulis Ilmiah di Perpustakaan Sekolah Tinggi Analis
Kesehatan Bakti Asih Bandung.
4.3. Bagi
penulis
Dapat menambah wawasan keilmuan tentang penetapan kadar zat aktif yang ada dalam sampel vitamin B
kompleks.
V.
Hipotesis
Penelitian
5.1.
Kadar zat aktif Nikotinamida & Riboflavin, Thiamin
Mononitrat, dan Piridoksin HCl pada sampel vitamin B komplek dapat terlihat
jelas pemisahannya pada kromatogram.
5.2.
Hasil penetapan
kadar zat aktif yang bermacam-macam dalam satu sampel menggunakan HPLC hasilnya
lebih efisien.
VI.
Studi
Pustaka
6.1
Vitamin B
kompleks
Dipandang dari segi gizi, kelompok vitamin B termasuk kelompok vitamin yang
disebut vitamin B kompleks yang terdiri dari tiamin (vitamin B1), riboflavin
(vitamin B2), niasin (asam nikotinat, niasinamida), piridoksin (vitamin B6),
asam pantotenat, biotin, folasin (asam folat dan turunan aktifnya), serta
vitamin B12 (sianokobolamin).
6.1.1.
Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1. Bentuk murninya adalah tiamin
hidrokloida. Vitamin ini merupakan satu – satunya vitamin yang untuk pertama
kalinya ditemukan di Indonesia (1897) yang dulu masih disebut Hindi-Belanda
oleh sarjan Belanda yang bernama Eijkman.
6.2
Pengertian
Vitamin C (asam askorbat)
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang larut
dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal
berbagai penyakit. Vitamin ini juga dikenal
dengan nama kimia dari bentuk utamanya
yaitu asam askorbat. (Davies MB, Austin J, Partridge DA. 1991).
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur kolagen, yaitu sejenis protein
yang menghubungkan semua jaringan
serabut, kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan lain di tubuh manusia.
Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang, memar, pendarahan kecil, dan luka ringan.
Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi dan mempertajam
kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan radikal bebas di seluruh tubuh.
Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga dapat meningkatkan pembuangan
feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu menangkal nitrit penyebab kanker.
6.3
Peranan
vitamin C dalam tubuh
Vitamin C diperlukan untuk menjaga struktur
kolagen, yaitu sejenis protein yang menghubungkan semua jaringan serabut,
kulit, urat, tulang rawan, dan jaringan organ lain di dalam tubuh
manusia. Struktur kolagen yang baik dapat menyembuhkan patah tulang,
memar, pendarahan kecil, dan luka ringan. Kolagen sendiri sangat berperan dalam
mempertahankan struktur pembuluh darah, mempertahankan kelenturan dan
memperbaiki fungsi denyut. Sehingga secara tak langsung maupun langsung
dapat dikatakan kalau vitamin C dapat mempertahankan fungsi pembuluh darah
sehingga tidak mudah rapuh dan tidak mudah menimbulkan perdarahan, terutama
pada pembuluh darah kecil/kapiler.
Buah jeruk, adalah salah satu sumber vitamin C
terbesar. Vitamin C juga berperan penting dalam membantu penyerapan zat besi
dan mempertajam kesadaran. Sebagai antioksidan, vitamin C mampu menetralkan
radikal bebas di seluruh tubuh. Melalui pengaruh pencahar, vitamini ini juga
dapat meningkatkan pembuangan feses atau kotoran. Vitamin C juga mampu
menangkal nitrit penyebab kanker.
6.4
Struktur
Vitamin C (asam askorbat)
Gambar 6.5 Struktur Vitamin C (asam askorbat)
Asam askorbat adalah salah satu senyawa kimia yang disebut vitamin C, selain asam
dehidroaskorbat. Ia berbentuk bubuk kristal kuning keputihan yang
larut dalam air dan memiliki sifat-sifat antioksidan. Nama askorbat berasal
dari akar kata a- (tanpa) dan scorbutus (skurvi), penyakit yang
disebabkan oleh defisiensi vitamin C. Pada tahun 1937, hadiah Nobel dalam
bidang kimia diberikan kepada Walter Haworth atas hasil kerjanya
dalam menentukan struktur kimia asam askorbat. Pada saat penemuannya pada tahun
1920-an, ia disebut sebagai asam heksuronat oleh beberapa peneliti.[2]
Vitamin C adalah salah satu jenis vitamin yang
larut dalam air dan memiliki peranan penting dalam menangkal berbagai penyakit.
Vitamin ini juga dikenal dengan nama kimia dari bentuk utamanya yaitu asam
askorbat. Vitamin C termasuk golongan vitamin antioksidan yang mampu menangkal
berbagai radikal bebas. Beberapa karakteristiknya antara lain sangat mudah
teroksidasi oleh panas, cahaya, dan logam. Buah-buahan, seperti jeruk,
merupakan sumber utama vitamin ini.
VII.
Kerangka
Konsep
|
|
VIII.
Metode
Penelitian
8.1. Jenis
Penelitian
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian adalah metode HPLC, yaitu untuk mendapatkan kadar zat aktif yang spesifik, akurat dan
efisien.
8.2. Populasi
dan Sample
Sampel yang digunakan
untuk penelitian yaitu vitamin B kompleks.
8.3. Lokasi
dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian akan dilaksanakan di PT. Triman Pharmacutical
Industry pada bulan April 2014.
8.4. Alat dan Bahan
8.4.1
Alat
·
Botol semprot
·
Batang pengaduk
·
Corong pendek
·
Labu ukur 250 mL
·
Magnetic stirer
·
Botol reagen
·
Gelas kimia
·
Ultrasonic
8.4.2 Bahan
·
Aquabidest pro HPLC
·
Natrium n-pentan
sulfonat
·
Natrium n-heptan
sulfonat
·
Asam asetat glasial
·
Metanol
·
Nikotinamida
·
Thiamin mononitrat
·
Kalsium pantotenat
·
Riboflavin
·
Piridoksin HCl
·
Sampel vitamin B
kompleks
8.4.3. Cara
Kerja
a.
Pembuatan Fase gerak
-
Timbang 0,261 g Natrium n-pentan sulfonat dan 0,202 g natrium
n-heptan sulfonat, masukkan ke dalam beaker glass.
-
Larutkan
dengan 350 ml Aquabidest pro HPLC, tambahkan 150 ml metanol dan ± 2 ml asam asetat
glacial.
-
Kocok
dengan menggunakan magnetic strirer.
-
Saring
larutan fase gerak dengan membran 0,45 µm.
-
Getarkan
dalam ultrasonic bath selama 15 menit.
b.
Pembuatan Larutan standar
-
Timbang
seksama 100 mg Nikotinamid, 10 mg Thiamin mononitrat, 50 mg Kalsium pantotenat,
10 mg Riboflavin, 10 mg Piridoksin HCl, masukkan ke dalam labu ukur 250 ml.
-
Tambahkan
Aquabidest pro HPLC ± 50 ml, dan 2 ml asam asetat glasial.
-
Getarkan
dalam ultrasonic bath, sesekali dikocok.
-
Tambahkan
Aquabidest pro HPLC secara bertahap hingga mencapai volume ± 180 ml.
-
Getarkan
kembali dalam ultrasonic bath hingga larut sempurna.
-
Dinginkan
hingga mencapai suhu kamar.
-
Encerkan
dengan Aquabidest pro HPLC hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
-
Saring
larutan dengan penyaring membran ukuran 0,45 µm.
c.
Larutan
Uji
-
Timbang
10 tablet satu persatu, hitung berat rata-ratanya,
gerus sampai halus dan homogen.
-
Timbang
seksama ± 50
mg sampel, masukkan ke dalam labu ukur 25 ml.
-
Tambahkan
± 25 ml larutan asam asetat 0,5 %.
-
Getarkan
dalam ultrasonic bath selama 30 menit.
-
Dinginkan
hingga suhu kamar.
-
Encerkan
dengan asam asetat 0,5 % hingga tanda batas, kocok hingga homogen.
-
Saring
larutan dengan penyaring membran ukuran 0,45 µm.
Sistem
kromatografi
Panjang
gelombang
|
: 275 nm
|
Kolom
|
: C18 /
L1
|
Flow rate
|
: 2 ml /
menit
|
Volume
suntikan
|
: 20 µm
|
SBR
(Penyntikan ulang kali)
|
: ≤ 2,0 %
|
Tailing
factor
|
: ≤ 2,0 %
|
IX.
Analisa
Data
Data
di analisis dengan uji statistik untuk mengetahui kedekatan hasil data
penelitian dengan persyaratan standar yang dibuat \.
X.
Jadwal
Penelitian
No
|
Rencana Kegiatan
|
April 2014
|
Mei 2014
|
||||||
Minggu ke
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
|
|
Studi Pustaka
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
|
Penyusuanan Proposal
|
|
√
|
√
|
|
|
|
|
|
|
Seminar Proposal
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
|
Pelaksanaan Penelitian
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
Analisa Data
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
|
Laporan & Penulisan TA
|
|
|
|
|
|
√
|
|
|
|
Sidang TA
|
|
|
|
|
|
|
√
|
|
XI.
Rancangan
Biaya
KEPERLUAN
|
JUMLAH
|
1. Reagen HPLC
|
Rp.
500.000
|
2. Biaya
Penyusunan Proposal
|
Rp.
100.000
|
3. Biaya
tak terduga
|
Rp.
200.000
|
Total
|
Rp. 800.000
|
Daftar Pustaka
International Journal Pharmaceutical Sciences and
Research
IJPSR (2012), Vol. 3, Issue 07
Tidak ada komentar:
Posting Komentar